Jumat, 22 Oktober 2010

Selingkuh???? Why not......

Kadang saya bertanya mengapa sekarang orang senang membeberkan aibnya sendiri. Kalau membeberkan aib orang lain saya kira sebagian besar dari kita senang. Tidak orang kecil, orang gedongan, orang kampungan, terpelajar, birokrat, de el el, semuanya senang menggunjing. Memang, kebanyakan dari kita senang membicarakan aib orang lain. Bahkan ada yang menjadikan sebagai rutinitas. Gatel rasanya kalau tidak menggelar kejelakan orang lain barang satu jam. Dan kadang sayapun senang juga. Pangapunten gusti…
 
 

Secara nalar, kalau orang sudah mau membeberkan aibnya sendiri berarti dia sudah tipis rasa malunya atau dapat dikatakan sudah tidak punya rasa malu lagi. Padahal katanya al haya min al iman, rasa malu adalah sebagian dari iman. Maksudnya kalau orang masih punya iman berarti dia masih punya rasa malu untuk berbuat hal yang di larang dalam agama. Baik malu yang ada dalam dirinya karena Alloh murni (Lillahi Ta’ala Mahdhoh) atau malu dalam melakukan perbuatan dosa itu karena Alloh dengan adanya boncengan malu dengan makhluk, atau malu mengerjakan dosa hanya semata-mata karena pandangan hina dalam masyarakat ( Li Ajli Makhluk Mahdhoh).

Rasa malu dalam melaksanakan perbuatan dosa biasanya lebih bersifat li ajli nas (semata-mata karena malu terhadap cibiran, gunjingan, atau pandangan manusia), atau karena malu terhadap alloh dengan diboncengi malu terhadap makhluk, bukan malu semata-mata karena Alloh (Lillah ta’ala), seperti halnya yang biasa terjadi pada kaum awam. Tak terkecuali saya. Lah, melihat fenomena yang sekarang marak di sekitar kita, yaitu banyak dari kita yang dengan sengaja membeberkan aibnya kepada media tanpa ada rasa malu bahkan banyak yang kelihatannya bangga dengan pemberitaan-pemberitaan media atas dirinya, lantas bagaimana dengan status keimananya? Wallohu A’lam.

kebanyakan dari kita meyakini bahwa selingkuh, perzinaan, onani, masturbasi, dan konco-konconya adalah perbuatan yang orang lain tidak perlu tahu. Cukup diri sendiri saja yang tahu. Kita malu untuk mengatakannya kepada orang lain. Di tanyai saja kita enggan untuk menjawab. Lah, sekarang kok malah ada pihak-pihak yang dengan sengaja memanfaatkan media untuk mengekspos aibnya sendiri. Ada apa dibalik itu semua?
Apakah pepatah lama “Kalau ingin terkenal maka kencingilah sumur zam-zam” sudah mulai di praktekan?

Melihat beberapa pemberitaan media tentang kasus pencemaran nama baik oleh diri sendiri seperti yang masih hangat di pemberitaan media sekarang ini, saya jadi ber suu dzon bahwa tidak lain tidak bukan ada upaya mengorbankan nama baik demi popularitas. Tidak menjadi masalah nama baiknya tercemar yang penting menjadi orang terkenal.

jadi… selingkuh???? why not.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar