Jumat, 03 Mei 2013

Pageraji Dan Tokohnya



Pageraji adalah sebuah desa di kaki gunung Slamet, kurang lebih 8 km. arah barat  Purwokerto,  Jawa Tengah.  Desa ini dibagi menjadi  4 dusun,  10 RW dan 52 RT[1], dengan jumlah penduduk mencapai  kurang lebih 8000 jiwa sesuai dengan sensus penduduk tahun 2006. Penduduk desa Pageraji 100% beragama islam ala ahlu sunnah wal jamaah dan berafiliasi kepada  Nahdlatul Ulama, satu-satunya ormas islam yang ada dan dapat tumbuh di sana.


Tumbuh dan berkembangnya NU dengan pesat tidak dapat dilepaskan dari kerja keras  para tokoh-tokoh NU yang dengan gigih tanpa pamrih membumikan ajaran islam yang berhaluan ahlu sunnah wal jama’ah  di desa ini. Tercatat KH. Muhammad Nuh Al Hafidz, KH. Suyuthi. Dan KHR Sopawi sebagai tokoh sentral dibalik kesuksesan besar ini.  Sehingga sampai detik ini NU mengakar dan dapat bertahan dari berbagai macam goncangan dari luar. Disamping itu, secara geografis  desa Pageraji  juga  terbilang  dekat dengan pusat  aktiitas NU di daerah Jawa Tegah bagian barat, yaitu kota gethuk  Sokaraja, kota dimana mantan menteri agama RI dan aktifis NU lahir dan besar  yaitu KH. Saifudin Zuhri.


Kisah harmonis tiga serangkai tokoh ini bermula ketika KH. Muhammad Nuh (selanjutnya disebut dengan Mbah Nuh) hijrah dari tanah kelahirannya yaitu desa Karang Jati, kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap dengan tujuan mencari tempat yang cocok untuk menyebarkan ilmunya. Mbah Nuh didawuhi oleh bapaknya agar mencari lahan guna mengembangkan ilmu yang didapat karena tempat kelahirannya dirasa telah terlalu banyak orang mumpuni. Delapan saudaranya telah pulang dari pengembaaannya menuntut ilmu dan siap untuk membantu sang ayah, Kyai Abdurrahim. Maka, mbah Nuh diminta untuk trukah ditempat yang lain. Hal ini bukan tanpa alasan. Mbah Nuh telah mengenyam pendidikan selama empat tahun di pondok pesantren Tremas dibawah asuhan KH. Dimyathi , adik dari Syekh Mahfudz At Tarmasy seorang ulama kenamaan asal Indonesia dengan berpuluh-puluh karya ilmiah dan pemegang lisensi sanad kitab shohih Bukhori. Selain itu beliau juga memperdalam ilmu qiroah di mekah selama tujuh tahun .


Sekitar tahun 1935 mbah Nuh menapakan kaki di daerah Pageraji. Mula-mula beliau ditawari untuk  menempati daerah yang sekarang bernama bulakan (masuk desa Langgong Sari), akan tetapi karena dirasa kurang cocok –sebenarnya daerah itu sangat wingit- maka beliau menjatuhkan pilihan di daerah yang bernama legok. Sebuah tanah yang posisinya hamper mirip jurang.  Sebenarnya daerah ini tidak kalah wingit dengan daerah pertama, tapi melihat lokasinya yang sangat strategis –di tengah-tengah desa dan jalan raya- maka beliau jatuh hati kepada daerahnya yang baru. 


Dua ulama yang telah terlebih dahulu bertempat di Pageraji yaitu den Sopawi dan Kyai Suyuthi menyambut beliau dengan sambutan yang luar biasa meriah. Mereka berdua dengan semua santri dan seluruh penduduk desa menyambut dan mempersilahkan mbah Nuh untuk kemudian diberi sepetak tanah oleh seorang dermawan dan dibuatkan sebuah langgar, sebuah temat peristirahatan dan pemondokan guna menunjang kegiatan dakwah beliau.  


Ada kesepakatan tidak tertulis diantara ketiga ulama tersebut. untuk pengajian Al Quran akan diserahkan kepada mbah Nuh. Sedang untuk pengajian kitab diserahkan kepada kedua kyai yang lain dengan posisi utama dipegang oleh den Sopawi. Dengan pembagian tugas ini, kegiatan Bergama di Pageraji sedikit demi sedikit menapak kea rah semarak.  Pengajian yang sedianya diperuntukan untuk masyarakat Pageraji  kini diikuti pula oleh masyarakat dari desa tetangga bahkan murid-murid mbah Nuh berdatangan dari daerah-daerah sekitar seperti Purbalingga, Cilacap, Kebumen Banjar Negara dan lain-lain.


Bersambung…






[1] Jumlah RT di desa Pageraji mungkin sekarang lebih banyak dari jumlah yang disebutkan, mengingat setelah era reformasi banyak terjadi pemekaran. Penulis semenjak tahun 1998 merantau, jadi kurang tahu perkembangan selanjutnya.

3 komentar:

  1. Sangat bermanfaat, semoga bisa meneruskan kelanjutannya

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah ada jejak dzuriyah Mbah Nuh yang mau menelusuri jejak perjuangan almaghfurlah, kiranya bisa menjadi motivasi generasi jaman Now untuk menimba ilmu dan berjuang segigih Simbah Kyai Muhammad Nuh yg terkenal keraqmat itu....dari Karangjati terendus kharisma bliau yang luar biasa....

    BalasHapus