Jumat, 22 Oktober 2010

Kang Said Ceramah Di Depan Pembesar Maroko

Negara indonesia tercatat sebagai Negara berpenduduk muslim terbesar di Dunia. Hanya saja dari jumlah dua ratus juta penduduk muslim Indonesia Cuma beberapa gelintir ulamanya yang mampu berbicara pada lefel internasional. Dan salah satunya adalah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj ketua umum Jam’iyyah Nahdhatul Ulama (PBNU) 2010-2015 atau yang akrab kita panggil dengan sebutan kang Said.

Pada bulan Agustus yang lalu, bertepatan dengan bulan Ramadhan 1431 H. kang Said di undang oleh pemerintah kerajaan Maroko untuk memberikan Taushiah di hadapan majlis pengajian Al Hasaniyah, yaitu majlis pengajian yang beranggotakan para pejabat tinggi kerajaan Maroko dan duta besar Negara sahabat, serta keluarga besar kerajaan Maroko, tentunya termasuk didalamnya beliau yang mulia Sultan Muhammad VI. Penguasa kerajaan Maroko saat ini. Taushiah ini berlangsung kurang lebih setengah jam dan disiarkan secara langsung oleh stasiun televisi kerajaan Maroko

Dalam kesempatan itu kang Said pertama-pertama memberikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada beliau raja Muhammad VI yang telah memberikan kesempatan kepada kang Said sebagai duta kaum muslimin Indonesia untuk mempererat kembali tali ukhuwwah islamiyah yang sebenarnya sudah terjalin sangat lama, dan secara resmi ditandai dengan kunjungan raja Muhammad V ke Indonesia pada dekade 60 an, serta mengungkapkan rasa bangga dapat menghadiri undangan beliau, karena ini merupakan untuk pertama kalinya putra Indonesia menjadi pembicara dalam pengajian rutin Al Hasany. Tidak lupa juga kang Said menyampaikan salam hangat dari kaum muslimin Indonesia untuk yang mulia raja Muhammad VI beserta rakyat kerajaan Maroko.

Muqodimah singkat ini diahiri dengan penjelasan kesamaan antara kaum muslimin Indonesia dengan kaum muslimin Maroko dalam hal pemahaman beragama, kebudayaan, dan sosial. Contohnya sama-sama mencintai Ali Bait Rosululloh, berada dalam ajaran islam yang tawasuth (tidak Ekstrim), senang berdzikir, mulazamah dengan thoriqoh-thoriqoh shufiyah yang berlandaskan kitabulloh dan sunnah nabi, memuliakan ulama dan auliya, dan lain-lain

Setelah muqodimah selesai, kang Said melanjutkan ceramahnya dengan judul Himayat Al Millah wa Ad Din fi Duwal Ad Demoqrathiyya Roddan ‘Ala Man Qool bi Fashli Ad Din ‘an Ad Daulah (Proteksi Terhadap Agama Dalam Negara Demokrasi, Respon Atas Pendapat Orang-orang Yang Ingin Memisahkan Agama Dari Wilayah Negara ).

Ada empat bahasan pokok dalam uraian kang Said. Yaitu: Penjelasan tentang kebebasan beragama dalam pandangan islam, peran serta Negara dalam menjamin keamanan dan kebebasan setiap warganya dalam melaksanakan perintah agamanya, pengalaman Negara Indonesia yang plural dalam agama dan keyakinan dalam menjaga kerukunan antar umat beragama, dan terahir adalah penjelasan mengenai ketidak absahan argument sekulerisme.

Penjelasan kang Said yang berisi, runut, dan jelas dalam bahasa arab fusha tanpa ada kekeliruan serta menggunakan uslub yang indah. Kiranya hal ni dapat menjadikan kaum muslim di dunia dapat melihat bahwa Indonesia juga punya cendekiawan yang patut diperhitungkan dalam kancah ulama internasional.
———————
Sampai saat ini baru beberapa ulama Indonesia yang kapasitas keilmuannya diakui oleh dunia isalam. Ulama-ulama Indonesia terkenal tidak produktif dalam menelorkan karya. Diantara ulama kita yang produktif menelorkan karya dan diakui dunia adalah Syekh Nawawy Al Bantany, Syekh Mahfudz At Turmusy, Syekh Ihsan Al Jampesy, KH. Hasyim Asy’ary dan Syekh Yasin Al Fadany. Dan untuk nama yang terahir bahkan mendapat gelar Musnidu ad Dunya karena beliau terkenal memiliki sanad-sanad berbagai fan ilmu sampai Rosululloh. Murid-murid beliau bertebaran di dunia islam, baik di Indonesia atau Negara lain. Tak terkecuali mufti Mesir saat ini, fadhilat syekh Dr. Ali Jum’ah.
———————-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar