Bagian II
Manuskrip
“Bagaimana kamu menemukan manuskrip langka ini?”
Prof. Jose Casius memegang manuskrip yang sudah termakan
usia itu dengan gembira. ia membolak-balik lembar demi lembar manuskrip yang
terletak menumpuk dalam peti kayu itu dengan serius, ia tak pedulikan pemuda
yang berdiri di depannya dan tak sedikitpun memperhatikan para peneliti yang
sedang menyelidiki dan meneliti tempat
bersejarah -Ruang bawah tanah- yang
terlihat seperti kuburan. Salah satu dinding ruang bawah tanah tersebut terbuka
untuk pertama kalinya setelah hampir lima
ratus tahun tak pernah ditembus cahaya matahari.
“Mr. Martin merobohkan rumah tua yang dibelinya itu ketika
para pekerja menemukan sebuah peti yang menyimpan manuskrip berharga tadi”
“Ini benar-benar harta karun”
“Mungkin saja seluruh area rumah ini menyimpan
peninggalan-peninggalan bersejarah. Aku tidak habis pikir, mengapa mereka memperbolehkan para pekerja itu
menghancurkannya”
“Aku masih kecil ketika itu, Carlos… Seingatku rumah itu sudah
mengalami beberapa kali renovasi, hal itu nampak jelas dari beberapa bagiannya,
dan yang jelas tidak menyimpan peninggaln bersejarah kecuali manuskrip yang
terkubur dalam ruang bawah tanahnya”
“Akan tetapi, bagaimana manuskrip ini tidak terjamah tangan
kita sampai saat ini”
“Penulisnya sungguh cerdas, ia telah memanfaatkan bukit batu
yang berada disamping rumah seakan-akan menjadi sandaran rumah dan menggali
tanah itu kemudian menutupnya dengan dinding agar tidak terlihat dan disangka
bahwa dibalik dinding itu ada satu ruangan. Aku tidak tahu bagaimana ia keluar
dan masuk ruangan itu, akan tetapi yang jelas ruangan itu mempunyai jalan
rahasia. Kamu pasti mengetahui situasi dan kondisi pada waktu itu, satu masa yang
dipenuhi dengan gelimang darah dan fanatisme keagamaan, dan sang penulis telah
berhasil menyembunyikan tulisannya selama ratusan tahun. Orang-orang menyangka bahwa dinding ini bersandar pada
batu besar, tidak terpikir sama sekali bahwa dinding itu sebagai pelindung ruang
bawah tanah dengan segala isisnya”.
“Tentu saja pak, mungkin saja kalau mereka menemukan tempat
ini pada masa itu, mereka akan menghancurkannya”.
“Shit…… fanatisme
menyebabkan sejarah kita menjadi
terabaikan dan tersia-sia”
“Akan tetapi, hal ini akan mengusik ketentraman beragama dan
kemurniannya setelah bertahun-tahun tenang dan damai”
“Carlos, apakah kau tahu bahwa walaupun perjalanan kehidupan
beragama nampak adem ayem tanpa ada riak selama beberapa tahun ini akan tetapi
fanatisme beragama dan rasisme masih mendarah daging pada orang-orang di negri
ini. Apa yang kau katakan tadi merupakan tanda yang contoh nyata atasnya”
“Iya pak…”
“Benar, ucapanmu tentang kemurnian agama masih menyimpan
fanitisme, bukankah begitu?”
“Apakah kau tahu, orang-orang arab yang dulu mendiami negri
ini telah berlapang dada dan menerima dengan baik setiap orang yang berada
dalam kekuasaannya?”
Carlos tersenyum kecut dan berkelakar:
“Hmmm… keliatannya anda masih memiliki darah arab…”
Dengan serius Profesor Jose menjawab:
“Tahukah kau… jika aku berhasil meneliti mnuskrip ini, maka
aku akan mengumumkan dengan bangga bahwa
aku lahir dan tumbuh di negri yang dulunya punya peradaban besar, walaupun
orang-orang tidak mengetahui kebesarannya.”
“Akan tetapi agama anda tidak sama dengan mereka”
“Ya.. tapi aku salut dan membenarkan pada ajaran mereka
tentang asas-asas kemanusian, bahkan saya anggap hal itu merupakan bagian
penting dalam sejarah Spanyol”
“Bukankan anda bersebrangan dengan mereka dalam berbagai
masalah”
“Ya… tetapi saya menghargai metode ilmiahnya”
“Mungkin saya akan belajar banyak dari anda, prof…”
“Terima kasih, aku akan merapikan manuskrip ini terlebih
dahulu”
“Ini cerita yang terputus-putus, hal itu nampak jelas dalam
pendahuluannya, akan tetapi ada dua hal yang patut diperhatikan”
“Apa itu?”
“Pertama, dalam manuskrip ini tidak terlihat susunan yang
tumpang tindih dan tersusupi aksen Kastilia”
“Kedua, Manuskrip ini tidak selalu mengikuti gaya bahasa atau
cara-cara yang diketahui bangsa Arab dalam mendokumentasikan sejarah mereka”
“Oh.. tentu saja, kedua hal itu sudah dijelaskan sang
penulis dalam pendahuluannya. Ia hanya ingin melestarikan bahasanya dan isinya
hanya sebuah cerita, bukan sejarah.”
“Lembaran yang ada di tanganmu apa isinya?
“Jika kita mengamatinya dari awal, kita ketahui bahwa
ceritanya adalah tentang seorang raja yang terusir”
“Raja yang terusir!!!”
Professor mengamati lembaran itu dengan seksama
“Benar, ini cerita tentang Alvonso VI, penakluk kota Toledo
(Tulaytela:arab, Tulateum:latin). Prof….anda mendengarku?”
Salah satu pekerja menimpali: “Profesor larut dalam
bacaannya”