Jumat, 19 November 2010

Berburu Berkah Di Negri Para Nabi #3

Selanjutnya adalah berziarah kepada sahabat Abu zir Al Ghifary, Syekh Abu Zuhur dan Imam Laits bin Sa'ad (tabi'in).

Untuk dapat kesana, kita akan menyusuri jalan yang tadi kita lalui, dan setelah melewati makam Imam Ibnu Hajar kita belok kiri. sekitar 30 M. dari pertigaan kita akan sampai di makam Syekh Abu Zuhur dan sahabat Abu Zir Al Ghifary. Kedua makam ini berada persis di sebelah kiri jalan dan berdempelan. Hanya saja saya ingatkan berkali-kali bahwa makam-makam di daerah ini tidak nampak sebagaimana makam seorang tokoh besar, makanya perlu kejelian. Santai saja dalam berjalan sambil tengok kanan kiri.
Makam Syekh Abu Zuhur


Papan nama makam sahabat Abu Zir Al Ghifary

Dari makam ini ke arah kanan kurang lebih 30 M. (makam syekh Abu Zuhur dan sahabat Abu Zir dekat dengan pertigaan kecil) ada kumpulan makam ulama, tapi saya belum pernah berziarah ke sana, biasanya sudah terlanjur capek.

Agar dapat berziarah ke makam Imam Laits bin Sa'ad, kita harus jalan kaki lagi kurang lebih 250 M. dengan arah lurus mengikuti jalan setapak. 

Bangunan makam Imam Laits bin Sa'ad terawat dengan baik. Area makam Imam Laits merupakan makam keluarga. Disitu disemayamkan beberapa anggota keluarga beliau. Disamping itu, bangunan ini juga dijadikan sebagai tempat tinggal bagi pewaris beliau. Makanya makam ini terawat dengan baik. 

Hal yang cukup menggemberikan adalah makam ini masuk dalam pemeliharaan bangunan bersejarah dibawah kementrian kebudayaan mesir, seperti tertera di papan nama yang berada di depan bangunan makam.


Bersiap-siap pulang

Makam Imam laits bin Sa'ad
 
- - - - - - - - - - - - -- - - - -- --- - - - - - - - - - - - -  - - - - - -  - -- -

Di lain waktu, saya juga pernah berziarah ke makam Imam 'Athoillah As Sakandary, seorang ulama besar yang punya kitab Hikam. Hanya saja, saya tidak paham rute menuju kesana. Yang pasti Area makamnya berada dekat dengan jabal Muqotom. Dalam Area makam tersebut tidak hanya bersemayam Imam 'Athoillah, akan tetapi sedikitnya ada empat ulama lain juga yang dimakamkan disitu.


Dalam masjid ini bersemayam Imam 'Athoillah As sakandary

Makam Ulama yang berada di samping kanan masjid

Makam ulama yang berada di depan masjid sebelah kanan. Ada empat ulama disemayamkan disini.

#######################################

Syekh Yusry, salah seorang dosen Al Azhar dan pemimpin Thoriqoh Syadziliyah punya agenda  rutin ziarah ke makam Imam Syadzily yang berada di daerah Syadzilah, Khumaitsaro, Bahrul Ahmar Mesir. Acara ini diselenggarakan dalam rangka menghormati haul beliau Imam Syadzily yang jatuh pada bulan Maulud. Biasanya rombongan besar dari Syekh Yusri yang terdiri dari orang Mesir, Indonesia, India, Pakistan, Malaysia, Orang-orang kulit hitam, Tajikistan dan  beberapa negara lain berangkat bersama dari kediaman syekh yang berada di daerah jabal Muqotom dengan terlebih dahulu melakukan ritual ala syadzily.

Perlu waktu kurang lebih dua puluh jam untuk sampai kesana dan biasanya menginap dua malam untuk melakukan ritual thoriqoh atau yang biasanya di sebut suluk. Sebelum sampai ke makam Imam Syadzily kami Ziarah dan Istirahat dulu di dekat laut merah, yaitu di makam Syekh Najdy 'Aliyan Al Ja'fary. Setelah istirahat dirasa cukup, kami melanjutkan perjalanan lagi. Di tengah-tengah perjalanan kami juga berziarah ke makam Syekh Salim yang berada di tengah-tengah gurun pasir tak bertuan. 

Jarum jam menunjukan pukul 03.00 dini hari ketika kami sampai di makam Imam Syadzily. Angin gurun langsung menyalami kami serombongan. Kami menggigil, terlebih waktu itu masih musim dingin. Untungnya tuan rumah sudah menyediakan selimut tebal sehingga kami dapat melindungi tubuh kami dari sengatan dingin udara gurun.



Makam Imam Syadzily



Di samping berziarah ke makam Imam Syadzily kami serombongan juga menziarahi:
  • Sayidah Zakiyah
  • Syaikh Ali Al Syarif (keduanya berdekatan dengan makam Imam Syadzily)
  • Syaikh Musthofa Al Idrisy (Pendiri thoriqoh Idrisiyah) dan beberapa ulama lain yang berada satu area
  • Syaikh Ahmad Muhammad Ridwan (Pendiri Thoriqoh Ridwaniyah)
  • Syaikh Abu Hajjal Al Luksory, Syaikh Maghriby dan beberapa makam lain yang berada dalam bangunan ma'bad Fir'aun, daerah Luxor.
  • Syaikh Abu Abdillah Al Qurosyi, Syaikh Qunna'i dan Syaikh As Shobbagh yang berada di masjid jami' Asyuth.
Sayangnya, pada waktu itu saya tidak membawa kamera. jadi, tidak dapat mengabadikannya dalam bentuk gambar.

Kamis, 18 November 2010

Berburu Berkah Di Negri Para Nabi #2

Setelah cukup lama berada di makam Imam Syafi'i -biasanya istirahat sebentar karena lumayan capek- perjalanan ziarah dilanjutkan dengan tujuan sahabat Uqbah bin Amir, sahabat Muhammad bin Hanafiyah, sahabat Abu Zir Al Ghiffary, Al hafidz Ibnu Hajar Al 'Asqolany, Rabi'ah Al Adawiyah, Dzun Nun Al Mishry, Imam Laits, Abu Zuhur dan masih banyak lagi ulama-ulama dan salafu sholih yang kami temui sepanjang perjalanan dari Imam Syafi'i menuju makam sahabat Uqbah bin Amir yang hanya berjarak sekitar 1 km.

Jalan Menuju Makam
Untuk menuju ke makam-makam tadi, cara satu-satunya yang dapat kita tempuh adalah dengan berjalan kaki. Disamping dekat, antara makam satu dengan lainnya hanya berjarak beberapa meter dan jalan yang dilalui juga merupakan jalan setapak satu arah yang hanya bisa dilewati satu mobil. Kalaupun hendak memaksakan diri naik mobil, kita akan merasa capek sendiri dengan beberapa kali naik turun mobil. Dan terutama bagi yang tidak terlalu paham dengan rute makam-makam tadi dijamin tidak akan menemukannya, karena makam-makam Ulama yang kita ziarahi berupa bangunan lawas yang tidak terurus, penanda makam juga sudah usang. Walhasil perlu kejelian untuk dapat menemukannya.

Makam pertama yang kita temui adalah makam Al Khafidz Ibnu Hajar Al 'Asqolany. Makam beliau berada tempat disamping jalan yang berada dalam kawasan kumuh. Orang yang belum pernah mengunjungi dapat dipastikan tidak dapat mengetahuinya.

Tanda Makam Imam Ibnu Hajar

Area makam beliau berubah menjadi pasar hewan bila hari pasaran, bangunannya juga berupa batu bata tua yang sudah keriput disana-sini. Pintu masuknya hanya kelihatan separuh dan dipalang dari arah luar. Kita bisa mengetahui bahwa tempat itu merupakan makam Ibnu hajar dari tanda makam yang berada disamping pintu masuk yang terbuat dari batu marmer berukir nama beliau.
Makam Imam Ibnu hajar

Dari makam Imam Ibnu Hajar kita berjalan lurus menuju makam sahabat Muhammad bin Hanafiyah, Rabi'ah Al Adawiyah dan Dzun Nun Al Mishry yang berada dalam satu bangunan. Bangunan ketiga makam tokoh islam ini terbilang bagus. Pembangunannya diprakarsai oleh para pengikut Thoriqoh Ja'fariyah yang bisa kita baca pada pintu masuk makam. Makam ini selalu terkunci rapat, dan apabila ingin membukanya, kita harus izin kepada juru kunci yang berada tidak jauh dari makam. Juru kuncinya seorang perempuan tua yang sangat ramah dan baik hati. Dia pasti mengantar dengan senang hati bila kita meminta izin.

Memeluk Pusara Rabi'ah
Makam Rabi'ah (dalam ruang kaca) tampak sedikit makam sahabat Muhammad bin Hanafiyah dan yang tidak tampak di sebelahnya adalah makam Dzun Nun Al Mishry.


Perjalanan berlanjut dengan mengunjungi makam Uqbah bin Amir, salah seorang sahabat nabi yang ikut dalam penyebaran islam ke Mesir dan ikut pula membangun masjid yang pertama dibangun di benua Afrika, yaitu masjid Amru bin Ash yang berada di daerah Fushtat. jarak dari makam Rabi'ah menuju makam sahabat Uqbah cuma beberapa meter saja, tidak lebih dari 30 M. Disana kita akan disuguhi bangunan masjid yang kalau kita masuk kedalamnya akan terasa tentram dan damai dengan didahului melewati terowongan kuno sepanjang kurang lebih 10 M.

Prasasti Yang Berada Disebelah Pintu Terowongan

Masjid Uqbah bin Amir dari samping kanan. Di area ini ada puluhan makam salafu sholih.

Pusara Sahabat Uqbah Bin Amir yang berada dalam sebuah bilik dalam masjid.

Berburu Berkah Di Negri Para Nabi #1

Bagi kaum muslimin yang mengamalkan hadits nabiكنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزورها فإنها تذكر الأخرة  yang artinya kurang lebih "Saya (nabi) pernah (diwaktu lampau) melarang kalian berziarah kubur (karena iman kalian masih lemah dan dikhawatirkan akan kembali kepada Animisme dan Dinamisme), sekarang berziarahlah kalian, karena dengannya dapat mengingatkan kalian semua terhadap kematian dan hari akhir" akan sangat sayang bila selama berada di Mesir jarang atau malah tidak pernah meluangkan waktu untuk sesekali pergi berziarah ke tempat para sahabat nabi dan para salafu solih. Mengapa? Karena di negri ini ada ratusan makam para kekasih Alloh dan para sahabat serta tabi'in.

Baiklah, dalam kesempatan ini, saya akan menuturkan beberapa makam sahabat, tabi'in dan makam salafu sholih yang pernah saya ziarahi di sini.
Makam yang paling sering saya ziarahi
Makam yang sering saya ziarahi adalah makam Sayidina Husein bin Ali bin Abi Tholib cucu Rosul, makam Sayidah Nafisah binti Hasan Al Anwar bin Zaid Al Ablaj bin Sayidina Hasan bin Ali bin Abi Tholb, dan makam Sayidah 'Aisyah binti Ja'far As Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husen bin Ali bin Abi tholib dengan alasan  
  • Untuk makam yang pertama (sayidina Husen) karena jaraknya sangat dekat dengan aktifitas belajar, yaitu hanya beberapa meter dari kampus Al Azhar dan tentunya mengingat banyak riwayat yang mengatakan bila berdoa dengan lantaran Sayidina Husen hajatnya akan segera terkabul.
  • Untuk alasan makam yang kedua dikarenakan Imam Syafi'i saja kalau menemui satu permasalahan yang pelik dan tidak mendapatkan solusi maka akan meminta do'a kepada beliau dan tidak selang lama bi idznillah semua hal yang tadinya kelihatan akan menemui jalan buntu sekarang menjadi mudah
Berpose Di Depan Makam Sayidah 'Aisyah
  • Untuk makam yang ketiga adalah karena satu rute perjalanan dengan makam Sayidah Nafisah. Nama Sayidah 'Aisyah digunakan menjadi nama mahathoh karena makamnya berada persis di tempat pemberhentian angkutan umum dari beberapa penjuru kota Kairo. Makanya mudah saja bagi peziarah yang belum paham arah untuk dapat berziarah. Cukup bilang sayidah 'Aisyah ke supir atau kondektur insya Alloh akan sampai. Sedangkan kalau mau meneruskan ke makam Sayidah Nafisah kita cukup jalan kaki, waktunya tidak lama kok, cukup sepuluh menit saja. Yaitu dengan menyusuri jalan kuno yang dipenuhi dengan bangunan-bangunan lawas yang berada persis di sebelah kanan makam Sayidah 'Aisyah. 
Makam yang tidak terlalu sering saya ziarahi
Prasasti Masjid Imam Syafi'i
Maksud dari Makam-makam para salafu sholih yang tidak terlalu sering saya ziarahi adalah makam-makam yang hanya pernah satu, dua atau tiga kali saja saya ziarahi karena terbilang cukup jauh dari tempat tinggal seperti makam Imam Syafi'i bahkan ada yang sangat jauh, yaitu harus menempuh jarak ratusan kilometer seperti makam Imam Syadzili yang berada di daerah yang bernama Syadzilah, Khumaitsaro wilayah propinsi Bahrul Ahmar, Mesir (dekat dengan perbatasan Sudan).
Imam Syafi'i dan Imam Waki'(guru beliau) merupakan guru dan murid yang sangat  dekat semasa hidupnya dan berdekatan pula makamya.  Untuk dapat berziarah kesana, kita dapat  memilih beberapa alternatif yaitu menyewa mobil pribadi bagi yang berduit tebal, menggunakan bus jurusan Imam Syafi'i, seperti bus dengan nomor 555 atau yang lain bagi yang berkantong pas-pasan dan dengan berjalan kaki bagi yang berkantong tipis. Tidak lama kok, dari mahathoh Sayidah 'Aisyah cuma kurang lebih 20 menit.

Kalau kita ingin jalan kaki, maka arah yang harus ditempuh adalah dari makam Sayidah 'Aisyah kita akan menyeberangi bundaran. Setelah menyeberangi bundaran kita akan menemukan jalan  yang akan menuju kesana, tanda yang biasa saya perhatikan adalah adanya penjual 'Ashir yang berada di sebelah kiri jalan.

Di Depan Makam Imam Waki'

Selang beberapa menit kita akan mendapati makam Imam Waki' karena makamnya berada persis di samping jalan menuju makam Imam Syafi'i.
Makam Imam Waki'

Dari makam Imam Waki' menuju Makam Imam Syafi'i hanya menyisakan beberapa langkah saja. Disana kita akan mendapati bangunan masjid yang menakjubkan dan tiga makam, yaitu makam Imam Syafi'i, makam Imam Zakariya Al Anshory dan makam keponakan Imam Syafi'i (maaf lupa) yang berada persis di sebelahnya.

Sandaran Imam Syafi'i (konon digunakan saat beliau mengajar)
Makam Syeikh Zakariya Al Anshory
Bagi yang belum mengerti betul siapa itu Imam Syafi'i dan Imam Zakariya Al Anshory dapat  membaca sejarah ringkas sejarah dan auto biografi dari shohibul maqom yang tertempel di dinding.


Minggu, 14 November 2010

Bala Kurawa Di Pesantren -Alfiyah Angkatan 2004/2005-

Jika dia berangkat, hampir dapat dipastikan ustadz pemegang materi tidak dapat hadir, walhasil terjadi kekosongan dalam pelajaran. Hal ini terjadi berulang kali sehingga dia mendapatkan julukan si 'Illat. Dikarenakan pelajaran yang sering kosong itu adalah Warokot yang didalamnya mengupas ushul fiqh maka muncul plesetan Idza Wujida Petring Wujida Al 'Uthlah, sebagai ganti dari Idza Wujida Al 'Illat Wujida Al Hukmu. Mengapa dia dinamakan Petring (dengan pengucapan e seperti mengucapkan ee;buang air besar)? tidak ada yang tau tentang asal muasalnya, yang jelas dia berambut keriting seperti mie instan dan kadang juga ada yang menyebutnya dengan rambut kribo. Walaupun dicap sebagai 'illat, dia mencatatkan diri sebagai penghuni pesantren paling lawas alias ngoyod. Dia masuk pesantren pada pertengahan tahun 99 dan sampai sekarang masih betah disana.

Lain lagi dengan julukan temanku yang belakangan menjadi ponggawa tak tergantikan di pesantren. Dia punya keistimewaan dapat tidur dalam posisi duduk dengan bagian muka menyentuh lantai karena tubuhnya sangat elastis. Oleh karenanya ia punya gelar si plengkung. Karir politiknya dimulai dengan jabatan tukang setor uang listrik dan dipungkasi sebagai penentu kebijakan alias dewan penasehat. Hal yang tidak dapat dihapus dalam biografi hidupnya adalah tuduhan Kudeta pada tahun 2007. Tahun ini Insya Alloh akan meneruskan pengembaraannya di negri seribu menara.

Dia punya laqob Solomon, plesetan dari nama asli Sulaiman. Aktifitasnya adalah sebagai tukang reparasi segala macam hal yang berhubungan dengan setrum. Apabila sedang tidak ada gawean maka ia akan berusaha mencari celah agar dapat job, misalnya dengan membuat listrik Anjlog atau dengan mencabut salah satu kabel dari airphone biar disuruh mbenerin. Makanya ia lebih terkenal dengan nama tukang taspen. Dia mencatatkan diri sebagai anggota yang paling sebentar mengukir sejarah, 2003-2005. Sekarrang berprofesi sebagai ustadz di salah satu pesantren di Lampung.

Uponk adalah panggilan kerennya. Dia Pemain soled kelas wahid. Apapun yang dia masak pasti terasa nikmat dan super Yahud. Untuk menghargai ketrampilannya maka kami sepakat memberikan gelar "Ninine" kepadanya. Karirnya dimulai dengan menjadi Ulu-ulu selama dua tahun, kemudian menjadi tukang nglayab dan terakhir menjadi wakil suhu. Dia pamit pada akhir tahun 2007. Sekarang memperdalam kejadogan dan berusaha memperbanyak koleksi pethuknya di pesantren Kwagean.

Perawakannya pendek dan kecil, tapi jangan ditanya berapa gebetannya, mungkin dia punya aji pengasihan, makanya setiap ada cewek yang ngelirik pasti klejet-klejet dan langsung kecanthol. Mungkin dalam pandangan cewek-cewek yang melihatnya dia nampak sbagai Arjuna. Dia punya gelar sang penebar pesona dan punya nama gaul Frozzz. Berkarir pertama kali sebagai tukang setor listrik dan dipungkasi sebagai kepala rumah tangga istana. Sebagaimana si plengkung dia juga terseret dalam kasus perang dingin. Sekarang dia merintis karir sebagai tukang adol abab dan ngorek di pesantren milik pamannya.

Tak ada yang berani berkelakar dengannya. Disamping berpenampilan kalem, katanya dia juga masih mempunyai beberapa tetes darah sayid. Oleh sebab itu, Karirnya menanjak dengan cepat. Belum lagi dua tahun dia berada di Pesantren dia menjadi ajudan sang kyai muda, setelah itu karir politiknya naik dengan cepat. Dia diberi jabatan sebagai carik dan setahun kemudian naik menjadi wakil suhu. Setelah menduduki jabatan wakil suhu, dia melepaskan jabatanya karena mendapat proyek sebagai kontraktor sekaligus sebagai kepala rumah tangga istana. Sekarang dia sudah berkeluarga dan berprofesi sebagai bos celluler sekaligus melanjutkan jenjang pendidikannya di sekolah tinggi ilmu al qur'an di Wonosobo.

Aming adalah nama yang ia pilih sebelum mencapai kedudukan sebagai suhu. Setelah dia menjadi suhu namanya dirubah menjadi Miko. Ia adalah potret dari santri pebisnis. Bidang yang ingin ia geluti adalah UKM, terlebih di daerahnya banyak sekali kekayaan alam yang belum terjamah, diantaranya adalah yutuk, makanya setelah ia mempersunting gadis India pujaannya dia memilih menjadi pebisnis dengan tidak lupa mengabdikan ilmu yang ia miliki pada sebuah majlis taklim yang tidak jauh dari rumahnya. Karir politiknya dimulai sebagai tukang pethel, kemudian meningkat menjadi tukang jagal dan terakhir sebagai suhu. Kini ia hidup bahagia dengan keluarganya.

Kengerian akan sistem pengajian yang diterapkan oleh kyai muda menjadikannya hanya puas dengan predikat tamat alfiyah. Setelah itu ia memilih hengkang dari pesantren dan menekuni bisnis kecil-kecilan. Prestasi yang ia torehkan adalah meraih award dalam pemilihan pengurus teladan tahun 2004-2005 dengan kategori Ulu-ulu tergiat. Tapi sumbangsihnya terhadap pesantren tidak berhenti disitu. Dengan kecakapan pendekatan terhadap masyarakat di sekelilingnya dia mampu mendistribusikan ratusan eksemplar kalender yang dibuat tiap tahun oleh pesantren tanpa meminta imbalan sepeserpun, malah kadang dia yang tekor. Dan setiap ada undangan dari pondok atau ndalem maka ialah pos utama yang dituju untuk menyebarkannya. Ia sekarang sudah berkeluarga dan menghidupi diri dari hasil bisnis yang dikelolanya.

Dia pernah menyebarkan kebohongan besar di pondok, dan kamipun percaya begitu saja. Mengapa kami percaya... karena dia sanggup meyakinkan kami dengan hujah2nya dan biasanya dia tidak bohong. Eh... ternyata berita yang ia sebarkan salah. Sejak saat itu kami menyebutnya Tukang nglombo. Sama dengan peraih award di atas dia juga hanya puas dengan predikat tamat alfiyah. Dia memilih menjadi pebisnis dalam bidang Celluler dan masih ngejomblo.

Ibnu Hajar adalah julukan yang ia sandang. Otaknya yang pas-pasan tidak menyurutkan semangatnya dalam belajar. Setiap kali dia pulang dari kelas maka yang ia pegang adalah kitab yang tadi dibahas, sampai-sampai halamannya seperti rempeyek remuk. Disamping giat dalam belajar, ia juga punya keistimewaan yang lain, Yaitu dapat belajar di alam mimpi, yakni jika ustadz datang maka ia akan langsung tertidur pulas dan bangun jika sang ustadz menutup pelajaran. Dalam percaturan politik dia pernah menjabat sebagai tukang setor listrik dengan didahului sebagai mentri kesehatan selama tiga tahun. Pada tahun 2009 ia meminang salah satu ning daerah Kesugihan dan sekarang hidup berbahagia di rumah mungilnya.

Dan terahir adalah Uwane, begitulah warga pondok memanggillnya. Dia sendiri tidak tau mengapa kala itu ia diberi julukan Uwane. Katanya, kalau mau tanya sabab musababnya tanya saja kepada Gus Mansur -salah satu da'i kondang asal Purbalingga yang sekarang tinggal menungu terbang ke pelataran suci Al Azhar- karena dialah yang pertama kali memasyhurkannya. Karirnya dimulai dengan menjadi tukang klayaban selama dua tahun dan diakhiri sebagai tukang wira-wiri di salah satu ndalem. Dia juga sempat menghirup udara perang dingin. Pada akhir tahun 2008 ia memutuskan untuk pamit dan sekarang berpetualang di bumi Cleopatra.




Saat aku merindukan teman-teman seketel sepenaggungan di PPTI tercinta.
Kelas Alfiyah Tsani tahun 2004-2005.

Diposkan juga di sini

Jumat, 12 November 2010

Pandangan Simbah Mengenai Ilmu Umum

Mbah Ghozali berkata bahwa:"Ilmu-ilmu yang termasuk dalam kategori Fardhu Kifayah untuk dipelajari adalah ilmu-ilmu yang memberikan dampak dan manfaat yang besar dalam kehidupan, yakni cabang ilmu yang yang harus dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat dikarenakan tanpa ilmu tersebut struktur masyarakat akan pincang dan bangunan kehidupan dalam bermasyarakat tidak akan terbentuk secara utuh, sebaliknya bila ada yang menguasainya maka akan tercipta sebuah keadaan masyarakat yang diinginkan.  Termasuk dalam kategori ini adalah ilmu Thib (kedokteran) dan ilmu hitung (Aritmetika). Al Ghozali memandang bahwa kedua ilmu itu termasuk Fardhu Kifayah di masanya (terlebih dimasa sekarang) karena keduanya tergolong Dhorury. Yang pertama Dhorury dalam menunjang kelangsungan kehidupan manusia dan yang kedua dianggap dhorury dalam bidang mu'amalah seperti perdagangan, pembagian harta warisan, masalah wasiat, penentuan awal bulan dan lain-lain.

Jauh-jauh hari simbah kita yang satu ini sudah mencium gelagat bahwa kedua cabang ilmu itu akan menjadi corong kemajuan dunia. Dunia antariksa, telekomunikasi, dan seabreg kemajuan dalam bidang kesehatan yang dicapai oleh sekelompok negara maju bersumber dari kedua ilmu tersebut. Pantas saja beliau memberikan isyarat dalam karya monumentalnya dengan label Fardhu kifayah untuk mempelajarinya.

Pada awal tahun 1900 an, simbah kita yang lain yaitu mentor NU juga merasakan apa yang telah dicium oleh pendahulunya. Pada saat itu, saat dimana geliat tekhnologi dan kemajuan sains serta penemuan-penemuan dalam bidang kesehatan barat berada di depan mata, ringan saja bagi beliau mengatakan "Harus ada reformasi dalam metode pendidikan islam dan cara pandang terhadap ilmu pengetahuan umum". Hal ini beliau ejawantahkan dengan melakukan reformasi dalam pesantren yang beliau pimpin, diantaranya dengan mengubah sistem pengajaran dari model sorogan ke model klasikal dan menambahkan beberapa pelajaran umum, penerjemahan dari Maqolah Al Muhafadzotu 'Ala al Qodiim Al Solih wal Akhdzu bil Jadid Al Ashlah.

Beberapa tahun kemudian, penciuman tajam Mbah Hasyim terbukti. Pada era tahun 50 an, gerakan dan manuver dari kader-kader dengan penguasaan ilmu umum lebih menonjol (baca: dapat berbicara lebih banyak dalam pentas nasional) dibandingkan dengan tokoh yang hanya mempunyai keahlian dalam bidang agama. Terekam jelas dalam sejarah perjalanan NU bahwa NU yang menduduki peringkat ke tiga dalam pemilu 1955 harus rela memungut kader-kader dari Ormas lain untuk duduk dalam parlemen. Diakui sendiri oleh para pembesar-pembesarnya pada waktu itu bahwa NU hanya mempunyai dua kader yang mumpuni yaitu KH. Wahid Hasyim dan KH. Saifudin Zuhri, tentunya tanpa menafikan tokoh-tokoh besar yang lain dalam tubuh NU.

Keadaan ini menuntut perubahan cara pandang dalam warga NU. Sebagian kecil dari warga NU berupaya memasukan anak-anaknya dalam sekolah-sekolah umum dan tidak ketinggalan pula membekalinya dengan ilmu agama, dengan satu harapan nanti akan muncul generasi baru yang intelek sekaligus agamis. Sementara sebagian besar yang lain masih terkurung dalam anggapan bahwa Ilmu umum tidak terlalu penting untuk dipelajari, malah ada sebagian orang yang menganggap bahwa mempelajari ilmu umum itu berbau makruh.

Dengan kemajuan sains dan tekhnologi yang dicapai oleh barat tanpa dapat disusul oleh kita kaum muslimin, apakah kita masih akan anti pati dengan ilmu umum???

Dapat juga di baca di sini

Jumat, 05 November 2010

Di Balik Kebesaran Sholahudin Al Ayuby (Hari Eksekusi Imam Suhrowardy)

Seperti biasanya Sultan Solahudin datang setelah sholat ashar. Terik matahari sudah agak redup. Gegap gempita pekerjaan masih terdengar di lokasi pembangunan. Mereka paham betul bahwa pada saat ini adalah waktu kunjungan rutin sang Sultan. Saat itu pula Bahauddin Carcush pejabat yang bertanggung jawab atas pembangunan benteng menaiki menara pengawasan, berjaga-jaga bilamana mereka para pekerja bersiap mengadakan kekacauan bersama tawanan-tawanan romawi dan pekerja-pekerja yang bersekongkol memberontak.

Sudah menjadi kebiasaannya pula, beliau selalu datang sendirian. Menaiki gunung Muqotom dengan mengendari kudanya yang dapat berlari secepat kilat. Sejurus kemudian beliau sampai. Beliau berdiri, termenung, memikirkan ratusan pekerja yang bekerja dari terbit fajar sampai matahari terbenam, batang-batang bata yang belum lagi meninggi, pekerja-pekerja, penggali tanah, tukang batu, semuanya dalam keadaan pucat pasi. Pandangan sultan menelanjangi wajah-wajah mereka, seakan tersembunyi di balik topeng berdebu putih.
"Apakah wajah-wajah yang lelah itu mampu membuat bentang yang kokoh?'
"Apakah sungguh kehawatiran yang tergurat di mata mereka akan terlindung dari serangan- serangan selamanya?"
Musuh tak terhitung, Romawi di utara, sisa-sisa dinasti Fathimiyah di selatan, dan tentara-tentara penghisap datang dari dataran Asia jauh.Tidak akan ditemukan tempat berlindung yang aman sebelum benteng ini selesai, tapi kapan?
Para pekerja tidak henti-hentinya memecah batu dari gunung Muqotom, sampai sisinya tak dapat di pandang, penuh dengan orang, seperti mata yang ketakutan, kemudian mereka menariknya, menurunkan pada kaki bukit. Sebelum mereka sampai, ada kelompok lain yang menyambt untuk membentangkan dan merobohkannya.

Di sisi lain di arah sungai Nil, rombongan-rombongan bighol hilir mudik mengangkut pemancang, lumpur-lumpur mengeras yang diambil dari tempat-tempat peribadahan dinasti Fir'aun sebelum para pengangkut membawanya dari dasar tanah. Tumpukan batu merubah wajah benteng, dan nyata, benteng dalam proses penyempurnaan.

Bahauddin Carcush bersegera menghadap, berkelebat melompati bebatuan dengan postur tubuhnya yang pendek dan badan memerah terkena debu. Ia membungkukan badan sebagai tanda hormat pada sang Sultan. Sejurus kemudian merangkai laporan hasil pelaksanan pekerjaan hari ini. Ia menunjukan tawanan-tawanan Romawi yang sedang menggali pondasi, tukang pancang yang memasang soko guru, para petani yang sedang menggali sumur yang dalam, agar aliran airnya menyambung dengan air sungai Nil. Akan tetapi sang Sultan berkata kepadanya dengan suara terputus-putus:
" Aku ingin kau membangun penjara"
Carcush tak dapat mencegah rentetan kata yang mengusik hatinya.
" Penjara.... tentu tuanku,akan saya laksanakan. Akan tetapi semuanya belum beres, benteng-benteng, perlindungan, bedeng-bedeng,dan..... "
Sultan bersikeras: " Bangunlah dimana saja.... dahulukan dari yang lain!"
Tiada ia memiliki kuasa kecuali membungkuk taat.Sang Sultan memutar kekang kudanya beringsut pergi. Carcush berdiri dalam kegalaun. Ia berbisik
"Penjara yang bagaiamana, pesakitan mana yang akan meringkuk didalamnya, ah, yang pasti sang Sultan akan menghadapi musuh"

Dengan cepat Carcush mengumpulkan asisten-asistennya, mereka mengembalikan kertas-kertas, kulit pohon bersketsa benteng dan menentukan tempat mana yang dijadikan tahanan baru.

SEORANG TAWANAN

Selayang pandang. Saat itu seorang tawanan sedang melewati gurun pasir. Dibalik punggungnya tersembunyi dataran Palestina dan sebelumnya baju kebesaran tanah Syam, meninggalkan kebinasaan dan pohon-phon zaitun.Sepanjang mata memandang hanya pasir-pasir gersang dan bebatuan renta, kesemrawutan alami, tergambar ufuk menyerupai garis tercerai berai. Ia berjalan didepan dengan mengendarai bighol, dibelakangnya pengawal mengikuti di atas kuda-kuda mereka dengan pandangan waspada. Umurnya baru separuh baya. Tetapi, keletihan dan kekurusan merubah roman muka yang perkasa. Jenggotnya memanjang, bajunya compang-camping, bau busuk menyembul dari gombal yang melekat d tubuhnya. Ia datang dari penjara yang menghadap arah lain, tidak ada yang memisahkan keduanya kecali padang pasir ini. Namun tak satupun pengawal yang melihat seberkas senyum keridoan yang tersungging tersembunyi di balik wajahnya, sudah barang tentu lapar yang melilit di lalui, borgol yang mengiris pergelangan tangan. Ia bahagia dengan perjalanan yang teramat sangat berat itu, suatu perjalanan yang mengantarkan pada ujung ketiadaan. Seakan nyawanya menggejol-gejol merindukan cakrawala baru, dimana ketenangan dan kebebasan tersedia didalamnya, jasadnya seperti bintang terang d langit, setiap sisi yang dituju memisahkan diri, dalam perjalan abadi menuju sumber cahaya ilahy dan ma'rifat

Semenjak beranjak dewasa dikota SUHROWAD ditengah-tengah pegunungan persia, ia mulai melakukan perjalanan, melewati berbagai dataran dan tanah-tanah tak berpenghuni. Tiada ia berhenti kecuali pada awal masjid yang ia jumpai. selang beberapa waktu orang-orang tertarik,mereka berombongan sepakat melakukan perjalanan, tiada yang di pakai kecuali secarik kain wol, tiada makan kecuali sedikit dari makanan remeh temeh, lingkaran cahaya takut terhadap Alloh selalu menyelimuti wajah mereka.

Namun gurun yang ia lewati sekarang berbeda, tak pernah terlihat padanan ancaman kebinasaan yang mengintai,disitu kaum nabi musa terlunta-lunta selama empat puluh tahun atau lebih, tetapi ia yakin akan sampai pada batas alam, sewaktu tampak jelas dihadapannya pegunungan QOf*, sebelas puncak mengitari dari segenap penjuru.Tiada mungkin menjelajahinya kecuali setelah jiwa terobati dan terlepas dari kotoran-kotoran serta menempatkan diri di alam raya.

Dari arah belakang terdengar suara salah seorang pengawal memanggil " wahai syaikh Suhrowardy... kita akan berhenti dan bermalam di sini... "

Lebih baik berjalan di dinginnya malam dan beristirahat pada terik siang, tetapi siapa mau mempertaruhkan diri dengan berjalan di gelapnya gurun ini, matahari sebentar lagi terbenam, tiada yang diketemukan kecuali beberapa pohon bidara yang berserakan, tak pantas, sepatut rumah dalam melindungi, tetapi cukup untuk memberikan rasa aman seseorang ditengah hamparan alam terbuka ini.

Para pengawal membantu syeikh turun, membuka borgolnya, dan salah seorang darinya cepat-cepat mengambil kesempatan turunnya malam, memberanikan diri memandang wajah syeikh Suhrowardy. Akhirnya ia berkata pada beliau
" Kami diperintahkan untuk memindahkan tuan ke penjara lain, bukan untuk membunuh dengan rasa menggerogotkan kelaparan, sudilah kiranya menerima sebagian dari bekal kami, tuan... "
Beliau berkata
" Semoga di berkahi, wahai anakku.... cukuplah bagiku seiris roti dan deteguk air"
seorang penjaga menjawab
" ini tidak mencukupi untuk perjalanan seberat ini "
Beliau berkata
" anakku, lapar tidak jadi masalah, selagi pikiran masih terpaut pada kebesaran jagat raya ini, bilamana kau tundukan jiwa, beribadah diwaktu malam dengan khusyuk, berserah diri,maka kau akan secepat kilat menuju peraduan tersembunyi, maka bawalah aku kesana, benamkanlah aku didalamnya,bentangkanlah aku, kemudian lipatlah."

Pengawal tidak memahami sesuatupun, ucapan syeikh sulit dicerna, barang tentu karena tipis dan segarnya, malahan sekeping hayalan tersembul darinya bahwa syikh merasa berdosa dan berhak mendapat ganjarannya. Lebih baik menjauh dan meninggalkan sang syeikh sendirian menekuri turunnya malam.

Sudah banyak daerah yang dilalui syeikh Suhrowardy sebelum sampai di kota yang jauh itu " Cairo ". Jauh sekali jarak antara beliau dengan pegunungan Persia. pada mulanya beliau turun ke Isfahan untuk belajar fiqh dan ushul syari'ah. Keluasan ilmunya tergambar pada orang-orang yang berda dalam ceruk-ceruk masjid, puluhan kitab dan catatan tertata pada tengah-tengah rak, sampai-sampai ditengah pengajiannya tidak mungkin dapat mencegah lalu lalang, guru beliau - syeikh fakhru rozy - adalah guru para pengembara, beliau tidak mencegah orang lalu lalang diantara ceruk-ceruk masjid padahal beliau sedang mengajarkan pokok-pokok filsafat. Sempurna,seperti halnya guru besar Ibnu Sina yang mengambil metode-metode filsafatnya dari aristoteles, seorang filosof awal.Dari selayang pandang ini, di ketahui bahwa pengetahuan tidak tersusun kecuali dari celah-celah pergerakan, semakin banyak pengetahuannya berlipat ganda pula pertanyaannya, setiap jawaban memunculkan pertanyaan baru, perlombaan-perlombaan (debat) itu mengingatkannya pada gurunya, beliau bergumam:
" bahaslah pertanyaan-pertanyaanmu dalam rimba raya ini, niscaya tiada memberimu kepuasan kecuali jawaban akhir pada keragu-raguan."

Dari Isfahan naik ke dataran tingi Anatholia, mukobalah dengan ahli tasawuf di DIYAR BAKR, dari mereka sang syeikh belajar agar menghabiskan seluruh malam dalam keadaan terjaga, mengintip isarat-isarat alam dan perputaran cakrawala. Di Mardiny, beliau memutuskan beribadah dalam pondok-pondok pertapa, bersekutu dengan para darwisy dalam meratapi malam-malam panjang bilamana terbit bulan baru, kemudian setelah itu turun bersama air sungai furot, yang arus derasnya bermuara pada satu tujuan. mengelilingi pelataran daerah damsyik lama, daerah yang lekat dengan luka-luka peperangan yang tak berkesudahan dengan tentara salib. Beliau duduk di bawah sokoguru terdepan dalam masjid Umawy, disekelilingnya melingkar orang-orang yang haus ilmu. Dari situlah berita tentang syeikh terdengar sampai telinga penguasa Aleppo, Al malik Al dzofir bin Sultan Sholahudin. Al malik memohon dan mengundang beliau agar berkenan memasuki kerajaan sehingga ia dapat menimba ilmu, dan sang syeikh masuk dalam penjagaan dan perlindungannya.
"Apakah kesanggupan beliau memenuhi undangan sang penguasa merupakan kesalahannya yang agung, puncak pertemanan dengan sang penguasa yang menjadikannya menggoyahkan gerbang perjalanan?"
"Ataukah kesalahan ketika mengganti gombal kezuhudan dengan jubah kekuasaan?"

PENJARA

Malam telah larut, obor-obor tetap dinyalakan pada tempat pembangunan, para pekerja bergantian tiada henti memindahkan bebatuan, mereka berjalan dalam keadaan setengah tidur. Gemuruh ter dalam ketel memecah kesunyian,panasnya berasal dari tumpukan batu kapur yang disiram air. Corcush masih terjaga, disekelilingnya arsitek-arsitek hebat dan mandor-mandor, ia selalu memikarkan penghuni sekaligus penjara yang disiapkan khusus untuknya, siapakah dia?
- salah satu dari panglima Romawi?
Kalau di siapakan untuknya, harus temboknya tinggi dan panjang supaya dapat menanggulangi serangan apapun yang mungkin di lakukan bala tentara Romawi
- Ataukah pendurhaka dari sisa-sisa dinasti Fatimiyah?
Mencegah mereka kabur mustahil rasanya kecuali dengan menggali lorong panjang bawah tanah yang memungkinkan mereka masuk tanpa dapat keluar. Ini sesuai, watak mereka senang bersembunyi.
- Atau pula tanggunganku adalah para penghisap dari Asia jauh?
Yang paling tepat bagi mereka adalah penjara dengan udara panas mencekik, supaya berlawanan dengan udara tempat asal mereka yang dingin. Akibatnya mereka tidak dapat merancang strategi, tidak juga berlari menuju peperangan.

Corcush ingin memuaskan hati sang sultan, kendalanya hanya ia tak berpengalaman dalam membangun penjara. Sudah barang tentu ia membangun beberapa bangunan, karena ia belum pernah menjumpai penjara mutakhir. penjara selama ini ya itu-itu saja, bagian dari relief-relief alam, seperti pegunungan,goa,lorong-lorong, seperti keadaannya sejak ribuan tahun. ia tidak menerima langsung arsitek yang menganggapnya memunculkan penjara yang belum pernah ada.Terkadang ia menambahkan,tak menerima, atau menetapkan ventilasi-ventilasinya, akan tetapi itu semua sudah pernah dibuat, dan akan tetap seperti itu sampai kiamat.

Lama Corcush memikirkan, sampai ia tak lagi dapat berpikir. Orang-orang disekelilingnya mengamati dengan seksama. Akhirnya ia berkata
" Hendaknya kita buat penjara luas yang menjadi bagian dari sesuatu, sehingga si tawanan tidak menyangka bahwa ini adalah kuburan dan akhir hayatnya. Bilamana sang Sultan ingin melepaskannya, cukuplah bagi beliau membuka celah kecil di atas tembok, celah yang akan memberinya sedikit cahaya, bukan memberika secercah asa. Suatu keharusan langit tak terlihat, sehingga tak terbesit keinginan untuk lari melepaskan diri, biarkan dindingnya telanjang tanpa tembok, agar kekasarannya membangkitkan aroma kesedihan atas kenikmatan yang tertinggal diluar, biarkan pula tanahnya gundul,agar serangga dan cacing-cacing tanah merayap di kakinya, dengannya ia tahu makna tersia-sia dan kehinaan."
Semuanya bergegas menyiapakan pembangunan penjara yang diinstruksikan.

KOTA CAIRO

Setelah beberapa hari, sampailah sang tawanan di dataran tinggi Cairo,gelap menyelimuti, namun kota dengan penahanan kolosal menjelma seperti hewan melata dirongga kegelapan, kerlap-kerlip lampu temaram mengelilingi, bayangan bepuluh-puluh menara tampak memanjang, rongga dadanya penuh sesak bau harum kota Cairo, percampuran dari udara lembab, air sungai Nil, kolam-kolam, pepohonan, dan sisa-sisa tulang manusia. Akhirnya, sampailah ia pada kota yang sudah lama didengar perbincangkan, kota yang akan jadi akhir dari pengembaraannya. Akan ia langkahkan kakinya menuju perkemahan-perkemahan universitas Al Azhar sampai kepayahan, kemudian duduk di salah satu tiangnya untuk berdiskusi dengan imam-imam empat madzhab, akan menaiki undakan-undakan gunung Muqotom, merenungkan peredaran cakrawala dan mengetahui bagaimana berputarnya zaman. Sudah selayaknya, perjalanan dengan berbagai halangan dan rintangan mengantarkan kepada kota ini. Ia yakin malapetaka ini akan sirna, borgol pada kedua tangannya akan terlepas, sebentar lagi ia akan bertemu dengan sang Sultan, sang Sultan akan mengukuhkan kebenaran kata-katanya dan menemukan kebohongan tukang adu domba beserta fitnahnya, menghadiahkan kebebasan dan kesempatan untuk hidup di kota ini. Disaat yang lain seorang pengawal mendekat, ia memegang penutup mata. dengan segan ia berkata
'' Ma'af tuan, ini perintah. Saya akan menutup kedua mata tuan sebelum tuan memasuki kota."
Syeikh berkata dalam kedukaan
" Kamu sekalian akan menghalangiku dari melihat pemandangan yang sudah lama aku idam-idamkan? tidak apa-apa, akan ku lihat pemandangan kota ini dengan pandangan hatiku

PERMOHONAN AMPUNAN

Malam ini sang Sultan tidak dapat memejamkan mata, beliau lelah, merasa bahwa sepanjang beberapa umur manusia telah di lewatinya dalam peperangan, Disetiap peperangan ia yakin bahwa ini adalah perang terakhir, tetapi nyala api yang tersembunyi dibawah abu menyalakan api baru, yang diidam-idamkan hanyalah secepat mungkin merampungi pembuatan benteng itu, hingga sampai tertidur memperoleh rasa aman diantara tembok-temboknya,tidur yang nyenyak. Tetapi bagaimana bisa? Pasukan besar itu tak mau berkompromi di daratan eropa yang dingin, semenjak mengalahkannya di Khathin dan memukul mundur dari Baitul Maqdis. Mereka tidak mau berhenti berteriak-teriak menuntut balas atas kekalahannya.

Terdengar ketokan pintu. Siapa orang yang berani mendatangi kamarnya selarut ini,pasti malapetaka yang mengantarkannya menganggu kesenangan sang Sultan.Sultan bangkit berdiri membuka pintu,tak nampak olehnya pelayan yang biasa meladeninya, yang datang adalah seorang pemuda kurus yang menyerupai spektrum, membawa roman muka Sholahudin hanya kentara lebih muda. Sultan memandanginya dengan tatapan bingung:
- " Wahai pemuda asing, apa yang membuatmu meninggalkan kekuasaanmu dan pergi sembunyi-sembunyi dibawah keremangan malam?"
Pemuda itu memegang tangan Sultan dan menggapainya hendak mencium, akan tetapi sang sultan bersegera membangkitkannya dan memeluknya, tampak tubuhnya gemetar, seakan kembali jadi anak kecil yang mencari perlindungan dibuaian sang ayah. Sang sultan berkata:
- " Tenang anakku, tenanglah wahai Al Malik Al Dzofir, tidak biasanya kau gegabah seperti sekarang ini, tak bisa aku bayangkan kau meninggalkan kekuasaanmu dan datang dalam keadaan seperti ini bagaimanapun sebabnya."
Al Malik Al Dzofir berkata
- "Ananda datang dengan tujuan menyelamatkan nyawa seseorang ayahanda, yaitu seorang ulama besar. Ananda meminta beliau datang ke Alepppo dan memberikan jaminan keamanan serta perlindungan, pantang bagi anandamelanggar janji, ayahanda...
Sang Sultan berang: " lihatlah apa yang ditimbulkannya!"
Sultan menunjuk salah satu tiang kamar, disitu terdapat meja, diatasnya tertumpuk puluhan tumpukan, dari berbagai bentuk dan macamnya, dari kulit, kertas, kain katun, lingkaran yang saling melekat, seperti mata cekung yang memandang tanpa bosan.
Sultan berkata
- " Inilah para pelapor yang yang sampai kepadaku dari setiap penjuru daerah syam, dari syeikh, 'alim, faqih, dari masjid-masjid, sekolah-sekolah, dan sudut-sudut kota, mereka semua mencurigainya dengan kekafiran dan kekufuran".
- " Sungguh mereka telah menipu anda wahai ayahanda, mereka memasang perangkap di sela-sela perkataannya."
- " Semua pelapor berkata bahwa ia kufur, inkar bahwa nabi Muhammad adalah akhir para nabi."
Al Malik Al dzofir berkata memberikan perlindungan
'' Sama sekali beliau lepas dari tuduhan... ulama-ulama Aleppo, Syiria, telah berdebat dengan beliau dalam berbagai masalah fiqh, manthiq, dan kalam, beliau mengangkangi semuanya dengan keluasan ilmu dan kecerdasan yang beliau milki,dan kebodohan mereka yang dipertontonkan dimuka umum mengobarkan kebencian didada. Oleh karena itu, mereka memperdaya beliau, mereka mengajak debat terbuka dimasjid Aleppo.Dan salah satu dari mereka bertanya:
" Apakah Alloh mamapu menciptakan nabi lain setelah diutusnya nabi Muhammad?"
Sang syeikh tidak menjawab kecuali dengan perkataan " TIADA BATAS PADA KEKUASAANNYA"
Sultan berkata:
" Jawaban samar itulah yang menyebabkan fitnah agung ini"
-" Beliau berkata tentang kekuasaan Alloh yang tanpa batas, akan tetapi mereka menafsirkan dengan mengatakan bahwa Suhrowardy memperbolehkan pandangan "boleh saja tercipta nabi lagi setelah diutusnnya nabi akhir zaman.... mereka bersepakat menuliskan laporan tentang beliau, dan mengirimkannya pada ananda, bilamana ananda tidak segera menindak, dibawalah pengadu-pengadu ini ke hadapan baginda".
Sultan berkata:
" Ini bukan hanya sekedar pengaduan, ini merupakan awan fitnah yang tersemai dibumi, dan sudah tugasku untuk memberangusnya sebelum kita semua binasa. Dengan dalih itulah aku mendatangkan ia ke sini.Sungguh kau telah terperosok pada satu kesalahan besar pada zaman yang tidak mau memaafkan kesalahan."
Al Dzofir berkata:
" Berjanjilah pada ananda, ayahanda... ayahanda tidak akan memepercayai pengaduan mereka... laki-laki itu telah merubah hidupku, menjadikanku dapat melihat alam raya tidak sebagaimana hari-hari sebelum bertemu dengan beliau. Jangan renggut hidupnya, ayahanda...
Sultan berkata:
" Kecil kemungkinan aku mampu berjanji padamu, anakku..."
Keheningan melanda, masing-masing terpekur, memasuki alam pikiran lawan bicaranya, mengulang kembali pertimbangan masing-masing. Al Dzofir berpikir " jikalau tidak mampu menepati janji pemberian suaka pada laki-laki ini, kekuasaan apakah yang ia miliki? mana fungsinya?". Sementara sang Sultan berpikir bahwa " Anaknya yang masih terpejam matanya akan menginjakan kaki pada sarang kehancuran, para masyayikh tak dapat mencegah dengungan-dengungan itu kecuali setelah menjatuhkannya dari atas singgasana".

PERTEMUAN

Pada saat Corcush menyaksikan sang pesakitan, perasaan pertama yang terlintas adalah: "orang ini tidak semestinya mendapatkan penderitaan, tidak pantas baginya tahanan, tidak pula tembok-tembok, cukuplah baginya ceruk kecil yang ia tempati sampai membusuk, tak berani ia keluar darinya barang satu langkahpun. Tetapi sewaktu sang Syeikh mengambil tempat, penjaga melepaskan borgol dan penutup mata, wajah lelah terlihat nyata, butiran-butiran pasir yang yang melekat di jenggotnya jatuh berguguran,seberkas kilat terpancar dari matanya yang baru terbuka, perasaan takut yang tak dapat dipahami merayap, menjalar di hati Corcush, ia ingin menyambutnya sembari menunnduk, menggeleparkannya, kemudian menyepaknya sembari berbngah, mencicipkannya kepahitan penjara semenjak hari pertama.Tetapi jiwanya menolk kehadiran orang yang ada di hadapannya. Ia memegang tembok pada jalan keluar yang tak lekas lunak, tak ia sentuh bebatuannya sesudah itu, dan takkan berlama-lama dihadapannya...

Pada saat sang Sultan datang pada hari berikutnya, tembok-tembok masih tetap sedia kala, si pesakitan tertidur karena kelelahan dan lapar yang menyayat, Corcush heran dengan perhatian sang sultan, ia membuka pintu penjara, berupaya mendahului sultan, hingga membangunkan si pesakitan, namun sang sultan mengisyaratkan agar ia tetap berada diluar.

Suhrowardy terbangun mendengar suara gaduh, tetapi ia tetap berda ditempatnya, ia mengambil posisi seperti orang sholat, sehingga tak tampak tubuhnya bersedeku dan menghinakan diri didepan seseorang. Sang Sultan termenung sebentar, apakah ini orang yang di perbincangkan semua pelapor? apakah ini cuma sisa-sisanya? dalam hatinya ia berbisik: " wahai jasad lemah yang mampu mengobarkan fitnah yang agung". Syeikh juga ikut memandang, ia menyadari bahwa sultan seorang diri sedang berdiri berhadapan dengannya, tidak nampak padanya tanda-tanda enggan dengan keadaan ini. Syeikh berkata pelan:
" Tidakkah anda ucapkan salam padaku wahai paduka.... tidak pula tuan mengetahui diriku tanpa bantuan orang lain?'
Sultan merasa jengkel,"orang tua yang cerdik berpura-pura bodoh" desis sang Sultan sambil terdengar bunyi gemeretuk giginya.
- " Mungkin hanya aku satu orang yang tidak mengetahui sultan Sholahudin.."
Tidak nampak perubahan pada posisi tubuh sang syeikh, ia tak berupaya bangun, duduk sebagaimana bersiap-siap untuk sholat. Selanjutnya ia berkata:
" aku akan memperlihatkan tuan, tidak menyaksikan dengan mata mata telanjang, pandanganku tiada berpindah kecuali melihat posisi remeh dari tuan, aku tidak melihat kecuali jasad tuan yang rapuh dan kekuasaan tuan yang terbatas, dibatasi dengan kekuasaan Alloh yang tunggal lagi maha menang.

Sang Sultan berkata dengan ragu:
- " Jangan kau persulit diri dengan bermain kata-kata, aku tidak suka dengan ahli ilmu kalam, orang-orang sufi, filosof, dan omong kosong apapun darinya, aku hanya seorang yang berperang dan berbuat, dan kau berdiri dijalanku, merobohkan apa yang sedang ku upayakan".

syeikh berkata:
- " Barang seharipun aku tidak berdiri di jalanmu, aku hanya memerangi kekufuran dengan jalanku, ku serang musuh-musuhmu, laskar-laskar penghisap yang merusak ciptaan Alloh, dan menghancurkan bejana yang akan dibuat sebagai wadah dari hasil pencapaiannya".

Sholahudin membentak, " akan tetapi kau memecah belah umat! kau katakan bahwa akan datang nabi lain setelah terutusnya Muhammad...

- "Anda berbicara tentang kekuasaan Alloh, sedangkan rakyat butuh seseorang yang membenarkan perkaranya dan mengurusi sumber-sumber kerusakannya, seterusnya di perintahkan untuk memperbaikinya, tak ada seorangpun yang tahu tentang sesuatu yang dapat menyingkap waktu"

Dengan suara lantang sang Sultan berkata:
'' Akan aku beberkan sesuatu yang dapat menyingkap waktu, laskar-laskar baru dari Romawi, diwaktu kecerdasan dan perhatian rakyat kebanyakan sibuk dengan teka-teki ini, mereka menentukan pajak di negaranya dengan label "pajak Sholahudin", dengan dalih itu mereka kumpulkan tumpukan-tumpukan emas, menyiapakan ribuan laskar kuda, melelehkan puluhan ribu baju besi dan pedang, tidak pecah juga tidak retak, akan ada kapal-kapal yang yang tak dapat tenggelam, benteng-benteng yang tak mempan api. Bagaimana mungkin aku dapat menandingi semunya dengan pasukan yang kau dan kroni-kronimu menjadikannya terpecah belah dengan sendirinya?"

Sang Sultan diam, ia memunguti nafasnya yang berserakan dengan susah payah, ia telah mengungkapakan kekhawatirannya dengan jelas, suatu pengungkapan yang tak kuasa ia lakukan sebelumnya di depan siapapun, ia menjadi seseorang yang di landa kekhawatiran dan kecemasan sepanjang waktu, setelah peperangan demi peperangan ia tidak mampu mengembalikan dirinya sendiri sebagai orang yang mempunyai kemampuan untuk mengalahkan keraguan".

Syeikh berkata:
-" Manusia dalam keadaan membutuhkan seseorang yang akan membawanya dalam perdamaian, bukan yang menuntun ke dalam medan pertempuran seperti orang buta, jangan berteriak-teriak memanggil dalam kerumunannya, akan tetapi datangilah mereka dan ajaklah berbicara, sebuah perkataan, jika sempurna pertumbuhannya, juga dikukuhkan dengan kesucian jiwa, maka badan akan tergoncang bergetar"

Sang Sultan berbisik seakan takut memperdengarkan suaranya sendiri pada dirinya
" Jikalau aku keluarkan kau dari sini, apakah kau akan berbincang dengannya? Apakah kau mampu membariskan semuanya dibelakangku?"

-" Alloh berkuasa atas segala sesuatu, akan tetapi hati manusia bermacam-macam, ada yang mu'min ada pula yang kafir, apabila tuan memaksa mereka akan semakin menjauh..."

Sultan Sholahudin terbangun dari keadaan lemah yang merasuki jiwanya, seharusnya ia tidak ajukan pertanyaan itu padanya, tidak membuka titik kelemahannya dan tempat-tempat persembunyian kekhawatirannya. Ia berkata: " aku tidak mengetahui akhir dari semua permainan ini dengan kata-kata, akan tetapi kata-kata itu membebani singgasana anaku, dan tak ku biarkan kat-kata itu membebani pertempuranku dengan bangsa Romawi"

Lelaki itu membuka mulutnya tanpa beucap, Sultan mengitarinya dan segera keluar dari penjara, Corcush mendengar lengkingan suara kemarahan, ia bergidig,bergetar, Sultan berjalan hingga akhirnya sampai di luar tahanan, dibawah matahari yang terik, ia hempaskan dadanya seakan menghilangkan petang yang ada di dalamnya, dalam hati ia bergumam, " lelaki ini tidak melakukan banyak kesalahan, akan tetapi ia datang pada saat yang tidak tepat" ia menoleh memandang Corcush lekat-lekat.
CEPAT KAU BUNUH DIA!

Corcush berkata dalam ketakutan:
" Sendiko dawuh tuanku, akan tetapi aku takut memndang kedua matanya...."

Sang Sultan memandanginya, ini bukan Corcush yang selama ini beliau kenal, bukan pula anaknya, sebagaimana pula sultan yang sekarang ini bukan sultan yang sebenar-benarnya, beliau wajib memutuskan arus agar banjir tidak meluap kemana-mana, beliau berkata:

" Tiada seorangpun yang mau melihat wajahnya, Carilah tali, kemudian cekik dari belakang"


* Gunung Qof merupakan istilah kaum shufi dalam menggambarkan rintangan menuju makrifat





Di terjemahkan dari karya Doktor Muhammad Mansy qindil, majalah AL 'ARABY edisi 607, Juni 2009. dengan judul asli YAUMA QUTILA AL SUHROWARDY.


Pernah di posting di Facebook.

Do'a

أللهم كما لطفت فى عظمتك دون اللطفاء وعلوت بعظمتك على العظماء وعلمت ما تحت أرضك كعلمك بما فوق عرشك وكانت وساوس الصدور كالعلانية عندك وعلانية القول كالسر فى علمك وانقاد كل شئ لعظمتك وخضع كل ذى سلطان لسلطانك وصار أمر الدنيا وألآخرة كله بيدك إجعلنى من كل هم أمسيت فيه فرجا ومخرجا. أللهم إن عفوك عن ذنوبى وتجاوزك عن خطيئتى وسترك على قبيح عملى أطمعنى أن أسئلك ما لا أستوجبه مما قصرت فيه أدعوك آمنا وأسئلك مستأنسا فإنك المحسن إلي وأنا المسيئ إلى نفسى فيما بينى وبينك تتود إلي بنعمك وأتبغض إليك بالمعاصى ولكن الثقة بك حملتنى على ألجرأة عليك فعد بفضلك وإحسانك علي إنك أنت التواب الرحيم