Jumat, 22 Oktober 2010

Dengan Niat Pahala Berlipat

Saya termasuk dalam golongan orang yang malas melaksanakan sholat isya di awal waktu. Akan tetapi saya tidak ingin penundaan sholat di awal waktu menjadikan satu kerugian. Tepatnya berkurangnya pahala tanpa ada hal lain yang dapat menambalnya, malah kalau bisa bukan saja menambal bolong-bolong pahala tersebut akan tetapi dapat menggaet pahala yang lebih besar dan lebih banyak.
Apa bisa?

Google
ilustrasi:Google

Sebenarnya mudah saja untuk mengganti kerugian tadi, tidak repot sama sekali, asalkan tahu cara-caranya. Dan yang paling penting, setiap dari kita dapat melakukannya. Pokoknya super mudah dan tidak perlu berepot-repot ria.

Begini caranya:
Pasang azam/niat untuk melaksanakan sholat (pokoknya jangan nyampe keluar dari waktu isya, masalahnya Kalau diniati melaksanakan sholat di luara waktu bisa berabe… bisa panjang urusannya). Hal ini untuk jaga-jaga kalau-kalau kita keburu dicabut. Kalau sudah niat kan kita dapat berdalih jika sewaktu-waktu ditanya sama petugas yang katanya punya mata sebesar kendil dan mempunyai gada yang kedahsyatannya ribuan kali diatas gadanya sang Bima. Wong sudah niat ini,,, salah siapa dicabut duluan????

Tidurlah barang beberapa menit (boleh nyampe jam2an yang penting tidak sampe keluar waktu) dengan diniati ibadah dan jangan lupa niat bangun untuk melaksanakann sholat isya, beserta sholat sunah qobliah, ba’diyah, solat tahajud dan sholat witir. Cuma dengan niat sodara-sodara, kita akan panen berapa pahala coba, pahala tidur, pahala sholat isya, pahala sholat tahajud, pahal sunah ba’diyah dan qobliyah, pahala witir, plus pahala yang bisa didapat dengan berbagai macam variasi dan super nikmat bagi yang mau melakukannya dan sudah punya medianya. Tapi jangan lupa, terlebih dahulu harus diniati ibadah, dan kalau bisa sebelum tidur juga diniati mau …. Kalau sudah diniati terlebih dahulu malah nanti dapat dobel ganjarannya.

Ah…!!! Bohong kali… masa Cuma dengan niat kita dapat panen pahala. Mana dalilnya??? (biasanya banyak yang suka tanyain dalil).

Pertama, kita sebagai manusia katanya diciptakan hanya melulu untuk beribadah kepada Alloh Sang Pencipta, bagaimana mungkin kita akan dapat melaksanakan ibadah (mahdoh) secara terus menerus, padahal kita punya kebutuhan hidup yang mau tidak mau harus dipenuhi dan juga punya kesibukan ini dan itu. Makanya sang pencipta yang nota benenya tidak mau mempersulit hambanya sama sekali membuat keputusan bahwa setiap gerak-gerik hambanya baik yang bersifat lahiriyah atau bathiniyah akan dikategorikan sebagai ibadah. Itu dengan catatan si hamba pandai-pandai mengatur niat. Masalahnya kalau tidak pandai mengatur niat, kegiatan-kegiatan yang labelnya ibadah dapat kosong dari predikat ibadah, begitu juga sebaliknya aktifitas remeh temeh yang kelihatannya bukan suatu kegiatan ibadah bisa bernilai ibadah, hal itu tergantung pada niatnya. “Kam Min Amalin Yatashowwaru Bishuroti A’mali dunya shoro min A’mali al Akhiroh bihusni niyat, wakam min amalin yatashowwaru bi shuroti a’amli al akhiroti fashoro min a’mali ad dunya bisuui an niyat”.
Contohnya: kita melaksanakan sholat, tapi dengan niat supaya kelihatan dimata umum sebagai orang yang taat menjalankan perintah agama, supaya dinilai ini dan anu, pamer dan yang sejenisnya, maka sholat tadi walaupun sebuah ibadah tidak dapat dikatakan ibadah lagi karena tercemari oleh niat yang jelek. Contoh dari perbuatan yang kelihatannya bukan ibadah dan dapt bernilai ibadah sangat banyak. Misalnya tidur, istirahat, belanja, mandi, piknik dll. Bahkan ML yang telah saya singgung diatas juga dapat bernilai ibadah, asalkan diniati dengan niat yang baik (ibadah).

Kedua, adalah hadits nabi yang berbunyi Innama Al A’malu bi an Niyat….. setiap perbuatan manusia akan digantungkan kepada niatnya. Sbetulnya hadits ini juga merupakan salah satu penjabaran dari ayat “Innama kholaqtu al jinna wa al insa illa liya’budun” yang telah diterangkan diatas.

Mengenai status hadits ini tidak ada ulama yang menyangsikan keshohihannya. Hadits ini termaktub dalam kutubu sittah dan kitab-kitab yang lain, kecuali dalam kitab Muwatho karangan Imam Malik. Dari keseluruhan para rowi menyatakan bahwa hadits ini merupakan salah satu hadits terpenting dalam islam. Imam Abu Ubaidah (W. 224 H.) mengatakan bahwa didalam hadits nabi tidak ada hadits yang lebih banyak bermanfaat dan kaya akan kandungan hukum ketimbang hadits ini. Imam Syafi’I, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ibnu Mahdy, Imam Ibnu Madiny, Imam Daru Quthny, Imam Abu Dawud dan Imam-imam yang lain mengtakan bahwa hadits ini mencakup sepertiga ilmu. Bahkan Imam Ahmad bin Hmnbal menyatakan bahwa hadits ini merupakan salah satu dari tiga hadits yang menjadi sumber dari segala hukum islam disamping hadits Man Ahdatsa Fi Marina….. dan hadits Al Halalu Bayyinun…. Dan masih banyak lagi komentar para ulama mengenai kedudukan hadits ini dalam sumber hukum islam.

Ketiga adalah hadits-hadits yang merupakan penjelas akan hadits diatas dan jumlahnya sangat banyak dengan berbagai macam redaksi dan perowi. Diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Nasai yang berbunyi ” Man ata firosyahu wahuwa yanwi an yaquma yusholi min al lail fagholabathu ‘ainuhu hatta yushbiha kutiba lahu ma nawa” artinya: siapa saja yang tidur diwaktu malam dengan terlebih dahulu meniatkan untuk bangun dimalam hari untuk melaksanakan sholat tahajud dan ternyata ia tidak bangun, maka ia akan mendapatkan pahala sama seperti ia melakukannya.

Dari hadits inilah saya menyimpulkan bahwa kalau kita malas melaksanakan sholat isya di awal waktu, maka kita bisa menebus kehilangan keutamaan sholat diawal waktu dengan cara yang telah tersebut diatas.

Akan tetapi saya tidak bermaksud untuk memprovokasi orang-orang yang rajin sholat di awal waktu agar menunda sholatnya, sama sekali tidak. Tulisan ini hanya bertujuan untuk mencari solusi bagi orang-orang yang kebetulan seperti saya agar
tidak terlalu mendapat kerugian. Itu saja, tidak lebih. Akhirnya selamat mencoba.

Pustaka:
Kutubu Sittah, Al ASybah Wa An Nadzoir Imam Suyuthy (911 H.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar