Jumat, 22 Oktober 2010

Bomerang Kang Abik

Sungguh aku termasuk orang yang beruntung. Tanpa dinyana tanpa disangka aku dapat mengecap pendidikan di universitas tertua di dunia ini dan dapat menimba ilmu dari sumur-sumur yang tak pernah kering.

Al Azhar, bagi kaum awam universitas ini belum terlalu dikenal, apalagi bagi kaum pedesaan dan orang-orang yang tidak bergelut dengan agama islam. Akan tetapi, dewasa ini Al Azhar bagai selebriti yang sedang naik daun. Bombastis!!! Di sana-sini orang-orang ramai membicarakan perguruan tinggi yang didirikan dinasti Fatimiyah ini. Dari tukang sayur, kuli bangunan, tukang asongan, anak sekolahan, ibu-ibu rumah tangga, cewek dan cowok gaul, para pejabat berdasi dan pegawai berok mini hampir semuanya tidak ada yang tidak tau dengan universitas yang satu ini. Apalgi bagi yang sudah biasa berkerudung dan memakai peci, pastinya mereka sudah tau.

Mengapa Al Azhar bisa setenar ini?

Sudah menjadi rahasia umum bahwa jika media beraksi, maka yang hitam bisa menjadi ungu dan yang putih bisa menjadi abu-abu. Dari satu universitas yang hanya dikenal oleh sebagian kaum santri menjadi universitas yang masuk dalam infotaimen selebriti. Walhasil, penghargaan dan terima kasih patut dianugerahkan kepada media.

Lantas siapakah orang yang patut diacungi jempol dalam memperkenalkan Al Azhar? Mungkin sederet nama akan muncul untuk menjawab pertanyaan tadi, bisa saja dijawab dengan Dr. Quraisy Syihab, atau Dr. Anu… Dr. Anu… dan seterusnya. Akan tetapi jawaban yang paling tepat menurut orang-orang yang tadi disebutkan adalah kang Abik. Ya, Habiburrahman El Syairozy. Novelis muda ini patut mendapatkan bintang penghargaan atas usaha kerasnya itu.


Bermula dari novel Ayat-Ayat Cinta yang laris manis di pasaran yang kemudian dilanjutkan dengan penampilannya di layar lebar, juga dengan apresiasi yang mencengangkan dari komunitas perfilman dan dilanjutkan dengan KCB yang lebih spektakuler dari novel sebelumnya, kang Abik mampu menanamkan imej positif pada khalayak ramai tentang universitas kebanggannya itu dan sekaligus mendongkrak popularitas alumninya sebagai para intelek yang mampu bersaing dalam era globalisasi tanpa harus mengorbankan nilai-nilai keislaman dan bahkan mampu menyiarkan agama islam di tengah-tengah masyarakat dengan metode yang sama sekali baru dan dapat diterima dengan mudah, seperti apa yang tergambar dalam film KCB II. Sungguh, kang Abik memang sangat berjasa dalam hal ini.

Setelah novel dan film tadi sukses dipasaran, sukses juga dalam menanamkan imej positif disetiap hati penggemarnya, maka para pelajar dan orang tua yang menginginkan anaknya menjadi generasi yang intelek sekaligus agamis berlomba-lomba masuk (memasukan anaknya) di universitas ini, dengan harapan setelah pulang nanti dapat menjadi Azam atau bahkan melebihinya. Tokoh masyarakat juga tak mau ketinggalan, mereka berharap, di kemudian hari alumnus Al Azhar dapat berbuat lebih banyak dalam masyarakat, melebihi intelektual lokal. Sebuah pengharapan yang nanti dapat menjadi boomerang bagi para alumnus Al Azhar Unversity yang tidak dapat memanfaatkan kesempatan belajar disana dengan baik, terutama bagi orang-orang seperti saya yang Cuma pindah tempat tidur, ngenet, ngrumpi dan seneng main. Na’udzu billah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar