Kamis, 03 April 2014

Jalan-Jalan (Darb El-Hunud - Al-Azhar)



Jalan-Jalan
(Darb El-Hunûd – Al-Azhar)

Rumahku berada di daerah yang bernama Darb el-Hunûd,  salah satu daerah di distrik Al-Darb al-Ahmar. Dar el-Hunud merupakan kawasan yang berada di pesisir taman al-Azhar. Sebuah pemukiman padat dengan pabrik sepatu dan berbagai kerajinan tangan di setiap imarah dan bloknya. Daerah ini dekat dengan makam salah satu cucu nabi, Fathimah al-Nabawiyah. Beliau adalah putri dari sayidina Husen yang menikah dengan Hasan, putra dari sayidina Hasan. Dari rahim beliau lahir seorang putra yang bernama Hasan pula, yaitu Hasan bin Hasan bin Hasan bin Ali bin Abu Thalib.

Hanya perlu tiga menit berjalan kaki ke arah barat dari Darb el-Hunûd menuju jalan besar Al-Darb Al-Ahmar. Dan perlu lima menit agar dapat sampai ke Bab Zuwailah. Perjalanan pendek ini akan membawa kita bertemu dengan makam Abdullah bin Hasan bin Ali bin Abu Thalib, bangunan-bangunan bersejarah yang tidak terurus dengan baik dan hiruk-pikuk kegiatan ekonomi penduduk.

Di Bab Zuwailah kita dipersilakan untuk berlama-lama. Disitu kita akan disuguhi masjid-masjid bersejarah. Ada masjid Shalah Thalai’, masjid Fakahani, masjid ‘Ali Basha, dan bangunan-bangunan lain. Dari Bab Zuwaila kita diperkenankan untuk meneruskan perjalanan ke Ghuriyah, ke Sayidah Aisyah atau juga ke Sayidah Zainab. Jarak tempuh untuk ke Sayidah Zainab dan Sayidah Aisyah hanya lima belas menit dengan jalan kaki. Kalau ingin belanja murah, pilih saja ke Ghuriyah. Waktu yang dibutuhkan juga tidak lama. kurang dari dua menit kalau hanya ingin melihat-lihat dan perlu berjam-jam jika berminat membeli yang diinginkan.


Kembali ke Darb el-Hunûd. Dari Darb el-Hunûd menuju pusat kampus diperlukan waktu delapan menit. Sedangkan apabila ingin ke masjid al-Azhar perlu tambahan waktu dua menit lagi, alias harus punya waktu sepuluh.

Rute yang biasa dipakai untuk sampai ke kuliah adalah dengan cara menyisir jalan yang berada dibalik tembok pembatas taman al-Azhar. Kita telususri saja jalannya hingga mentok ke persimpangan. Arah kanan akan mengantarkan ke rumah sakit Husen. Arah kiri akan mengantarkan ke arah masjid al-Azhar. Dan arah kiri kemudian setelah lima meter  (masjid kecil bernama al-Khudhari) berbelok ke arah kanan akan mengantarkan kita ke arah pintu kuliah arah belakang. Jalan yang kita lalui ini akan melewati gang al-Dawidar, tempat madlyafah syeikh Ali Jum’ah berada. Di gang itu pula dimakamkan seorang ulama yang bernama al-Dawidar. Dari ujung gang al-Dawidar ini kita langsung dipertemukan dengan gerbang belakang al-Azhar.


Kembali ke pertigaan semula. Agar dapat sampai ke masjid al-Azhar dari pertigaan tadi kita punya dua jalur yang sama-sama mengantarkan ke perempatan kecil. Dua dari arah yang kita lalui tadi, satu ke arah Al-Darb al-Ahmar dan satunya lagi ke arah masjid al-Azhar. Jalan yang menuju al-Darb al-Ahmar tadi akan tembus ke makan Abdullah bin Hasan dengan terlebih dahulu melewati makam sahabat Abdullah bin Abu Bakar.

Dari perempatan tadi, kita menyusuri jalanan yang hanya bisa dilalui oleh satu kendaraan roda empat. Sekitar seratus meter kita akan sampai pada sebuah perempatan . Jalan ke kiri kira-kira dua ratus meter adalah masjid Abil Barakat Imam al-Dardir. Tempat dimana jasad beliau dimakamkan. Masjid ini juga sekarang digunakan untuk mengajar. Diantaranya adalah pengajian Shahih Bukhari oleh syeikh Yusri Rusydi. Dari masjid ini lurus mengikuti jalan kita akan sampai ke pasar al-Ghuriya. Ke arah kanan seratus meter adalah madlyafah syeikh Ali Jum’ah. Sedang lurus ke depan adalah jalan al-Bithar, jalan yang akan mengantarkan ke gerbang selatan masjid al-Azhar.  

Dari perempatan menuju pintu gerbang masjid al-Azhar arah selatan berjarak kira-kira lima puluh meter. Sepanjang jalur ini kita akan menjumpai beberapa warung yang bisa kita singgahi untuk mengganjal perut, maktabah-maktabah dengan aksen sengau, dan makam Syeikh ‘Ilisy. Seorang ulama yang kitabnya seringkali dikaji di nusantara. Tepatnya adalah di depan Maktabah Islamiyah.

Maktabah yang berderet sepanjang jalan kebanyakan mengusung dua misi sekaligus. Yaitu, berbisnis dan menyebarkan ajaran Salafi-Wahabi. Makanya, jangan kaget bila produk-produk yang ditawarkan berharga terjangkau dan agak miring.

Bila kita memilih berbelok ke arah kanan dan sebelum pabrik pembuatan iesy belok ke kanan melewati lorong imarah kita akan sampai ke Darb el-Atrak. Di gang ini kita akan mendapati berbagai maktabah dengan ciri khas masing-masing. Kitab-kitab sufi dan sunni dapat kita beli di maktabah al-qahirah, maktabah dar al-Bashair, dan maktabah Al-Azhar li al-Turats. Kitab-kitab Salafi-Wahabi dapat kita peroleh dengan murah dan mudah di maktabah dar al-‘Aqidah. Kitab-kitab dengan banyak kesalahan penulisan dapat diakses di maktabah dar al-Bayan (DKI), maktabah Shafa, dan maktabah al-Taufiqiyah. Sedang untuk maktabah dengan orientasi bisnis dapat kita jumpai pada maktabah dar al-Wafa.


Pintu masjid sebelah selatan tidak selalu dibuka. Pintu ini hanya dibuka dari jam setengah dua belas siang sampai shalat isya selesai. Kadang juga, pintu ini tidak dibuka sama sekali. Bila pintu ini tidak dibuka, maka bagi pengunjung harus menyusuri jalan ke arah pintu gerbang sebelah barat yang berada persis disamping masjid. Disamping kiri jalan ada maktabah yang menjual kitab-kitab sastra. Tepat didepannya adalah ruwaq Syam yang sekarang dijadikan kantor polisi.

Setelah berjalan seratus meter kita akan mentok pada ‘atharah yang dulu digunakan untuk shoting film KCB. Dari situ kita belok ke kanan dua puluh meter. Disitulah pintu gerbang barat masjid berada.

Bila kita lurus lima belas meter ke arah depan dari ‘atharah tadi, kita akan menjumpai pasar rakyat. Di samping kiri pasar tersebut ada maktabah legendaris, yaitu maktabah Mushtafa el-Baby el-Halaby. Satu maktabah kuno yang sampai sekarang masih diakui sebagai maktabah yang paling amanah dalam mencetak kitab-kitabnya. Maktabah ini juga tempat ulama nusantara jaman dulu mencetak kitab mereka. Sampai saat ini, karangan dari ulama nusantara semisal syeikh Nawawi al-Bantani dan syeikh Mahfudz al-Tarmasi masih dapat kita jumpai disana. Melihat kepada amanah ilmiah yang ada dalam maktabah tersebut, ulama-ulama al-Azhar selalu menempatkan kitab-kitab cetakannya menjadi rujukan utama.  





 


   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar