Rabu, 13 Februari 2013

Telanjangi Dulu Sebelum Membeli

Dalam hitungan jam Cairo International Books Fair sudah dibuka. Berbagai macam buku dan beragam jenis corak pemikiran akan tersaji dalam pagelaran tersebut. Dari buku yang paling kanan sampai ke yang paling kiri akan tersedia. Ditengah-tengah kanan dan kiri tentunya ada buku-buku yang menyuarakan wasathiyah alias yang berdiri ditengah-tengah, tidak miring ke kanan atau condong ke kiri. Sayangnya, buku-buku yang bercorak moderat kini telah banyak disusupi –kalau tidak mau mengatakan telah dipalsu- oleh mereka yang berhaluan kanan.  Sehingga sulit untuk menandai mana yang masih mengusung pemikiran murni sang muallif dan mana yang telah dirasuki pemikiran si muhaqiq –maaf- gadungan.

Untuk itu, perlu kiranya sebelum menjatuhkan pilihan pada buku A misalnya, si pembeli menimbang dan memperhatikan siapa nama yang tertera dibawah tulisan “Al Muhaqqiq” atau “Bi Tahqiiq”  dan penerbitnya agar tidak menyesal dan disesalkan oleh masyarakatnya dikelak kemudian hari. Terlebih bila si calon pembeli adalah peminat buku-buku hadits, akidah dan berasal dari keluarga wasathi.

Sebagai contoh, si pembeli mau membeli kitab Fath Al Bari syarah kitab Shohih Buhori karya dari Ibnu Hajar Al ‘Asqolany. Dalam contoh ini, saya kira si pembeli akan sangat sulit untuk menemukan kitab yang ditahkik oleh ulama garis tengah. Menurut Syekh Sayid Syaltut, -salah seorang pejabat di Daar Ifta Mesir dan pengajar di masjid Al Azhar- kitab Fath Al Bari yang masih suci dari tangan-tangan kotor kaum yang menamakan dirinya sebagai pembawa kemurnian agama dan penyucian akidah adalah yang diterbitkan oleh maktabah Bulaq dan makatabah Halaby. Akan tetapi, sangat disayangkan kedua penerbit tersebut sampai sekarang masih belum mau merubah penampilan koleksi-koleksinya sehingga tampak kuno dan jauh dari jamahan pembeli. Disamping itu, harga dari penerbit Halaby misalnya tidak dapat dibilang murah bila dibandingkan dengan koleksi sejenis dari penerbit yang lain dengan kualitas buku yang lebih baik, walaupun kadang isinya meragukan.

Selain buku-buku hadits, buku yang sangat rentan disusupi pemikiran mereka adalah buku akidah. Hal ini memang sudah lumrah adanya, karena jargon yang mereka usung memang ingin memurnikan akidah kaum muslimin secara keseluruhan. Dalam pandangan mereka, akidah kaum muslimin yang tidak sejalan dengan mentor yang mereka agung-agungkan adalah sesat. Maka, salah satu jalan yang ditempuh adalah dengan meluruskan pemikiran sang mualif dan salah satu cara yang ditempuh adalah dengan  menghapus muatan  yang tidak sepaham dengan akidah yang mereka anut atau memberikan komentar  yang memihak pada pendapat mereka. Tujuannya tidak lain agar si pembaca tergiring mengikutinya.

Salah satu penerbit yang konsisten menerbitkan buku akidah yang berpaham wasathi adalah Dar Al Bashoir. Berbeda dengan penerbit Halaby yang masih setia dengan model lama, Dar al Bashoir tampil mengikuti gaya penulisan masa kini dan kemasan yang menarik. Akan tetapi, lagi-lagi harga yang ditawarkan oleh mereka kadang diatas rata-rata. Disini, kita akan dihadapkan pada dua pilihan. Yaitu, harga murah akan tetapi isinya rentan terhadap pemalsuan. Dan yang kedua, isi buku terjamin akan tetapi agak sedikit mahal. Perlu kami sebutkan juga, bagi peminat kutubussittah, kitab yang terjamin isinya adalah yang dicetak oleh maktabah Magnes.

 Kembali ke bahasan muhaqqiq. Berbicara tentang muhaqqiq, sebenarnya tidak sedikit muhaqqiq yang berasal dari kalangan kaum wasathi. Akan tetapi, sampai saat ini buku-buku yang ditahkik oleh kaum yang berseberangan lebih dominan. Dominasi ini tentunya tidak lepas dari gelontoran dana yang tidak terbatas dan ghirah yang membara dari setiap pengikutnya untuk memberikan sumbangsih bagi kemajuan golongannya. Sehingga, memunculkan muhaqiq yang premature. Sedangkan dari kaum wasathi sendiri seakan jarang memunculkan muhaqiq karena tanggung jawab keilmuan menuntut mereka untuk benar-benar teliti dalam memunculkan karya sehinga nantinya menghasilkan karya yang  dapat dipertangung jawabkan secara ilmiah. Dari kalangan ulama dahulu ada ulama sekaliber Muhammad Muhyiddin abdul Hamid, Ahmad Muhamad Syakir, Mahmud Muhammad Syakir dan lain-lain.  sementara dari ulama yang masih produktif sampai sekarang k ita mengenal sosok Dr. Ali Gooma  dan sederet ulama lain. Sayangnya, penulis sendiri sampai sekarang masih belum menemukan data yang terperinci mengenai para muhaqqiq yang berpaham wasathi dan para muhaqqiq premature. Mungkin bagi para pembaca dapat memberi masukan sehingga kita sama-sama dapat menyusun katalog  mana muhaqqiq yang tergolong dalam kaum wasathi dan mana yang termasuk dalam golongan premature.

http://www.facebook.com/notes/adhi-maftuhin/telanjangi-dulu-sebelum-menjatuhkan-pilihan/10151195451305946

Tidak ada komentar:

Posting Komentar