Rabu, 13 Februari 2013

Manusia Dan Kemakmuran



Bahwa manusia adalah satu-satunya mahluk yang mendapatkan pengakuan sebagai  kholifah Allah dimuka bumi  ini, tidak ada yang dapat menyangkal. Bahwa salah satu tugas kholifah adalah untuk memberdayakan alam dengan segala isinya untuk kemaslahatan kaum adam juga tidak ada seorangpun yang berani menggugat.  Hal itu merupakan salah satu keistimewaan yang diberikan oleh Alloh kepada manusia.

Kemakmuran yang ditegaskan oleh Alloh akan didapatkan oleh manusia  adalah ketika mereka dapat menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhannya.  Proses  inilah yang dalam ilmu ekonomi dinamakan dengan kegiatan produksi.  Dari kegiatan produksi, manusia akan dapat memenuhi kebutuhannya.  Dan  kegiatan yang bertujuan untuk  mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung disebut dengan istilah konsumsi. Dua kegiatan diatas tidak akan terhubung ketika tidak ada talanangan jasa dari supplier yang bertugas menyalurkan barang-barang hasil produksi hingga sampai kepada tangan konsumen. Dalam ekonomi kegiatan ini dinamakan dengan distribusi. Walhasil, keseimbangan ketiga hal tersebut diatas merupakan  faktor utama terwujudnya kemakmuran diatas muka bumi  sehingga tidak terjadi ketimpangan dalam salah satunya.

Mengapa, Karena kegiatan produksi merupakan jalan yang harus ditempuh sebelum konsumen dapat menikmati barang-barang hasil produksi. Disisi lain, konsumsi merupakan motor penggerak  dalam kegiatan produksi. Jika kebutuhan pasar akan suatu barang tinggi dan tidak diimbangi dengan penambahan jumlah produksi maka konsumen akan dirugikan dengan melambungnya harga.  Sebaliknya, Jika konsumen enggan mengkonsumsi sebuah produk dan pihak produsen bersikeras menambah jumlah produksinya maka, produsen akan mengalami kerugian dengan menumpuknya stok barang.  Dan untuk melancarkan dua kegiatan diatas perlu adanya campur  tangan pihak distributor.
Erat kaitannya dengan masalah konsumsi,Islam menerapakan aturan yang moderat, tidak terlalu mengekang tidak pula berlaku jor-joran. Asas konsumsi yang dianut oleh islam bertolak belakang dengan asas konsumsi yang dianut oleh kaum kapitalis dengan falsafah jor-jorannya dan kaum sosialis dengan tali kekangnya.  Yaitu, siapa saja yang punya kemampuan untuk mendapatkan barang yang diinginkan maka tidak ada yang berhak untuk melarang. Dibelahan lain kaum sosialis seakan mengekang habis-habisan terhadap kegiatan konsumsi dengan dalih pemerataan kepada seluruh masyarakat. Walhasil, satu bersifat terlalu jor-joran dan satunya lagi terlalu mengekang, sedangkan islam berada ditengah-tengahnya.

Sedangkan untuk masalah distribusi  islam tampil dengan jargon lawasnya, yaitu mengedepankan keadlian dan pemerataan pada setiap elemen masyarakat. Hal ini juga tidak dapat dilepaskan dari konsep memakmurkan bumi yang telah disinggung pada paragraf diatas. Yaitu memberikan kesejahteraan pada manusia tanpa ada kesenjangan berarti dalam setiap stratanya

# Muqodimah kajian 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar