Pageraji adalah sebuah
desa di kaki gunung Slamet, kurang lebih 8 km. arah barat Purwokerto, Jawa Tengah. Desa ini dibagi menjadi 4 dusun,
10 RW dan 52 RT[1],
dengan jumlah penduduk mencapai kurang
lebih 8000 jiwa sesuai dengan sensus penduduk tahun 2006. Penduduk desa Pageraji 100% beragama
islam ala ahlu sunnah wal jamaah dan berafiliasi kepada Nahdlatul Ulama, satu-satunya ormas islam yang
ada dan dapat tumbuh di sana.
Tumbuh dan
berkembangnya NU dengan pesat tidak dapat dilepaskan dari kerja keras para tokoh-tokoh NU yang dengan gigih tanpa
pamrih membumikan ajaran islam yang berhaluan ahlu sunnah wal jama’ah di desa ini. Tercatat KH. Muhammad Nuh Al Hafidz,
KH. Suyuthi. Dan KHR Sopawi sebagai tokoh sentral dibalik kesuksesan besar ini. Sehingga sampai detik ini NU mengakar dan dapat
bertahan dari berbagai macam goncangan dari luar. Disamping itu, secara geografis
desa Pageraji juga terbilang
dekat dengan pusat aktiitas NU di
daerah Jawa Tegah bagian barat, yaitu kota gethuk Sokaraja, kota dimana mantan menteri agama RI
dan aktifis NU lahir dan besar yaitu KH.
Saifudin Zuhri.
Kisah harmonis tiga
serangkai tokoh ini bermula ketika KH. Muhammad Nuh (selanjutnya disebut dengan
Mbah Nuh) hijrah dari tanah kelahirannya yaitu desa Karang Jati, kecamatan
Sampang Kabupaten Cilacap dengan tujuan mencari tempat yang cocok untuk
menyebarkan ilmunya. Mbah Nuh didawuhi oleh bapaknya agar mencari lahan guna
mengembangkan ilmu yang didapat karena tempat kelahirannya dirasa telah terlalu
banyak orang mumpuni. Delapan saudaranya telah pulang dari pengembaaannya
menuntut ilmu dan siap untuk membantu sang ayah, Kyai Abdurrahim. Maka, mbah Nuh
diminta untuk trukah ditempat yang lain. Hal ini bukan tanpa alasan. Mbah
Nuh telah mengenyam pendidikan selama empat tahun di pondok pesantren Tremas
dibawah asuhan KH. Dimyathi , adik dari Syekh Mahfudz At Tarmasy seorang ulama
kenamaan asal Indonesia dengan berpuluh-puluh karya ilmiah dan pemegang lisensi
sanad kitab shohih Bukhori. Selain itu beliau juga memperdalam ilmu qiroah di
mekah selama tujuh tahun .
Sekitar tahun 1935
mbah Nuh menapakan kaki di daerah Pageraji. Mula-mula beliau ditawari untuk menempati daerah yang sekarang bernama bulakan
(masuk desa Langgong Sari), akan tetapi karena dirasa kurang cocok –sebenarnya daerah
itu sangat wingit- maka beliau menjatuhkan pilihan di daerah yang bernama
legok. Sebuah tanah yang posisinya hamper mirip jurang. Sebenarnya daerah ini tidak kalah wingit
dengan daerah pertama, tapi melihat lokasinya yang sangat strategis –di tengah-tengah
desa dan jalan raya- maka beliau jatuh hati kepada daerahnya yang baru.
Dua ulama yang telah
terlebih dahulu bertempat di Pageraji yaitu den Sopawi dan Kyai Suyuthi
menyambut beliau dengan sambutan yang luar biasa meriah. Mereka berdua dengan
semua santri dan seluruh penduduk desa menyambut dan mempersilahkan mbah Nuh
untuk kemudian diberi sepetak tanah oleh seorang dermawan dan dibuatkan sebuah
langgar, sebuah temat peristirahatan dan pemondokan guna menunjang kegiatan
dakwah beliau.
Ada kesepakatan tidak
tertulis diantara ketiga ulama tersebut. untuk pengajian Al Quran akan
diserahkan kepada mbah Nuh. Sedang untuk pengajian kitab diserahkan kepada
kedua kyai yang lain dengan posisi utama dipegang oleh den Sopawi. Dengan pembagian
tugas ini, kegiatan Bergama di Pageraji sedikit demi sedikit menapak kea rah semarak.
Pengajian yang sedianya diperuntukan
untuk masyarakat Pageraji kini diikuti
pula oleh masyarakat dari desa tetangga bahkan murid-murid mbah Nuh berdatangan
dari daerah-daerah sekitar seperti Purbalingga, Cilacap, Kebumen Banjar Negara
dan lain-lain.
Bersambung…
[1]
Jumlah RT di desa Pageraji mungkin sekarang lebih banyak dari jumlah yang
disebutkan, mengingat setelah era reformasi banyak terjadi pemekaran. Penulis semenjak
tahun 1998 merantau, jadi kurang tahu perkembangan selanjutnya.
Sangat bermanfaat, semoga bisa meneruskan kelanjutannya
BalasHapusAlhamdulillah ada jejak dzuriyah Mbah Nuh yang mau menelusuri jejak perjuangan almaghfurlah, kiranya bisa menjadi motivasi generasi jaman Now untuk menimba ilmu dan berjuang segigih Simbah Kyai Muhammad Nuh yg terkenal keraqmat itu....dari Karangjati terendus kharisma bliau yang luar biasa....
BalasHapusLanjutkan
BalasHapus