Membaca buku al-Azhar Jami'an wa Jami'atan karangan Dr. Abdul Aziz Muhammad al-Syinawi tentang sejarah Al-Azhar tempo dulu membawa ingatanku ketika masih nyantri di Leler. Memori tentang repek di Kaliwedi dan Ngasinan, bruwun sayuran di sawah dan kebun milik penduduk sekitar, diundang tahlilan dan manakiban, kenangan kelaparan karena satu komplek belum kiriman, ngetel, dan cerita menarik yang lain saya temukan di buku itu.
Santri-santri
yang bertempat tinggal di ruwak sebagian besar berasal dari kalangan yang kurang
mampu. Ada juga penghuni ruwak yang berasal dari keluarga berada. Misal saja santri-santri yang berasal dari daerah Sha'id Mesir. Akan tetapi, jumlah mereka tidak seberapa bila dibandingkan dengan santri yang berasal dari golongan ekonomi menengah kebawah. Santri golongan kedua ini juga banyak yang menyewa rumah di sekitar masjid al-Azhar. Mereka datang ke masjid pada jam-jam belajar saja.
Santri dari golongan ekonomi sulit terkenal dengan ketekunan dan kegigihan dalam belajar. Mereka itulah yang menjadi generator dalam setiap pengajian di ruwak-ruwak al-Azhar. Dari kalangan mereka muncul nama-nama besar semisal syekh Abdullah as-Syarqawi. Mirip dengan santri Leler bukan?
Kelompok santri dari kalangan menengah keatas terekam kurang gigih dalam belajar. Maklum, lecutan semangat dalam diri mereka kurang jemether karena terbiasa hidup enak. Fenomena anak ulama besar yang malas-malasan mengaji juga terekam dalam buku itu. Katanya, kemalasan mereka disebabkan keulamaan sang ayah akan menitis pada diri mereka walaupun tanpa belajar.
Pengajian di Al-Azhar berlangsung satu minggu
penuh. Libur mingguan dimulai setelah dzuhur hari kamis sampai pagi
hari sabtu. Waktu liburan tersebut digunakan para santri untuk
refreshing (diantaranya jalan-jalan ke tanjung bulaq dan berman bola), bersilaturahim (mencari tambahan kebutuhan hidup) dengan penduduk yang berdomisili disekitar al-Azhar dan bentuk kegiatan lain. Pada kesempatan liburan mingguan ini juga
sering dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk mengundang mereka dalam
haflah-haflah dan majlis-majlis keagamaan (Semisal jadi tukang qira', tahlilan). Lah, hal itu yang pasti ditunggu-tunggu. Sebab, kalau
ada undangan perut kenyang, pulang bawa jajan dan sedikit uang.
Jum'at
pagi adalah jadwal berziarah ke makam-makam ahlul bait. Diantara yang
paling masyhur adalah berziarah ke makam Imam Husen, Sayida Zainab,
Sayida Nafisah dan Sayida Aisya. Sebagian lain ada yang menawarkan diri
jadi imam tahlil bagi penduduk. Maklum, orang Kairo tempo dulu pasti
menyempatkan ziarah kepada makam sanak familinya di jumat pagi. Mereka
biasanya mengundang salah satu santri Azhar untuk memimpin doa.
Alhamdulillah, Jum'at memang selalu mendatangkan keberkahan, kata
mereka.
Libur panjang tahunan dimulai dari bulan Sya'ban
sampai pertengahan Syawal. Dalam liburan panjang ini, mereka yang punya
ongkos pulang dan kampung halamannya tidak terlalu jauh dari Kairo
pasti pulang. Sementara yang tidak punya ongkos ataupun punya ongkos
tapi jarak kampung halamannya dengan Kairo cukup jauh memilih untuk
bertahan di Al-Azhar. Biasanya, mereka baru pulang setelah
bertahun-tahun belajar dan merasa sudah pantas untuk pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar