Sabtu, 18 Juni 2011

Ulasan Mengenai Al Fatihah

Al Fatihah

Nama-nama untuk menyebut surat Al fatihah

Al Fatihah merupakan surat yang menduduki urutan pertama dalam penulisan mushaf Utsmany makanya ia dinamakan Al Fatihah (Pembuka). Disamping dinamakan Al Fatihah, surat ini juga dinamai dengan sebutan Ummul Kitab (Induk dari kitab ;Al Qur’an), As Sab’ul Matsany (Tujuh ayat yang sering diulang-ulang), As Syifa (Menyembuhkan), Al Wafiyah (Sempurna), Al Kafiyah (Yang mencukupi), Al Asas (Pondamen), Al Hamdu dan lain-lain. Bahkan menurut Imam Al Alusy penamaan Al fatihah mencapai lebih dari dua puluh dan kesemuanya berdasarkan petunjuk dari nabi (Tauqify) dan ada juga yang berasal dari ijtihad para sahabat.

Penamaan surat Al Fatihah dengan sebutan yang beraneka macam tidak lain karena surat ini mempunyai banyak keistimewaan dan kelebihan yang tidak dimiliki oleh surat-surat yang lain. Kita akan mengambil contoh dalam penyebutan Al fatihah dengan Sab’ul Matsany dan Ummul Kitab atau Ummul Qur’an. Dalam penamaannya dengan Ummul Kitab dan Sab’ul matsany terdapat  banyak riwayat yang menyebutkan tentang keistimewaan dan keunggulannya. Misalnya adalah beberapa hadits dibawah ini:

1.      Nabi mengatakan dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Buhori dalam kitab shohihnya: Diceritakan dari sahabat Sa’id bin Mua’lla RA. Bahwasanya dia berkata: “Saya terbiasa Sholat di masjid, dan disatu kesempatan rosululloh memangilku, akan tetapi aku tidak langsung menjawab hingga aku mengerjakan sholat, setelah sholat selesai baru aku menghadap beliau”. Rosul berkata: “  Bukankah Alloh telah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman tunduk dan patuhlah kepada Alloh dan Rosulnya jika kalian dipanggil!” (Al Anfal:24). Kemudian beliau berkata: “Aku akan mengajarkanmu sebuah surat yang termasuk surat teragung dalam Al Qur’an sebelum kamu keluar dari masjid”. Beliau memegang tanganku, dan ketika beliau ingin keluar saya berkata: “Ya Rosulalloh.. bukankah tadi anda akan mengajarkan sebuah surat teragung yang ada dalam Al Qur’an? Beliau berkata: Al hamdu ila akhir.. (Al Fatihah) surat ini merupakan tujuh ayat yang diulang-ulang (Sab’ul matsany) yang telah diwahyukan kepadaku.

2.       Imam Ahmad dalam Musnadnya meriwayatkan bahwasanya Ubay bin Ka’ab membaca Ummul Qur’an dihadapan nabi. Setelah itu beliau berkata: “Demi dzat yang aku berada dalam kekuasaannya, tidak diturunkan dalam Taurat, tidak di Injil, tidak di Zabur dan tidak pula diturunakan dalam Al Furqon surat yang serupa dengannya, ia dalah Sab’ul Matsany dan Al Qur’an agung yang telah diberikan padaku”.

3.       Imam muslim dalam kitab shohihnya meriwayatkan hadits dari sahabat Ibnu ‘Abbas ra. Dia berkata: “Di saat malaikat Jibril sedang duduk-duduk dengan nabi, beliau mendengar ada suara deritan pintu dari atas, beliau mendongakkan kepalanya kemudian berkata: “ini adalah pintu gerbang langit, Pintu ini sekarang terbuka, padahal belum pernah pintu ini terbuka sebelumnya. Dari pintu itu keluar seorang malaikat. Jibril berkata: itu adalah malaikat yang turun ke bumi, padahal sebelumnya tidak ada malaiakat yang turun ke bumi. Malaikat itu turun dan menghampiri nabi seraya berucap salam, kemudia ia berkata: ‘’Berbahagialah dengan dua cahaya yang aku persembahkan kepadamu, belum pernah ada nabi sebelum tuan yang menerimanya (Al Fatihah dan beberapa ayat terakhir surat Al baqoroh)… tuan tidak membacanya satu huruf kecuali tuan akan diberi faidahnya.

Penamaan Al fatihah dengan Ummul Kitab memang sangat pas. Mengapa? Karena kalau kita amati,  kandungan yang terdapat dalam Al Fatihah mencakup semua materi yang terdapat dalam Al Qur’an. Al Fatihah dengan hanya tujuh ayat mampu merangkum apa yang menjadi topik pembahasaan dalam Al Qur’an, yaitu membicarakan tentang maksud dan tujuan dari ayat-ayat yang terdapat dalam Al Qur’an secara global, yakni mencakup masalah ushuludin dan furu’nya (masalah keyakinan dan ibadah) serta masalah akhlaq dimana ketiganya merupakan esensi diturunnya agama terahir dengan perantara nabi yang juga tidak ada nabi lagi sesudahnya.

Dalam kandungan surat Al fatihah kita dapat menangkap bahwa Alloh mengajarkan kepada kita untuk meyakini sifat-sifatNya, meyakini akan datangnya hari pembalasan, tidak menyekutukan selainNya dalam beribadah, menceritakan tentang manusia yang hidup sebelum agama islam turun, yaitu kaum nasrani dan yahudi serta pengiku-pengikut ajaran Alloh yang menyimpang dari rel agamanya sehingga mereka tersesat dan mendapat laknat dari Alloh, etika dalam beribadah terhadapNya, yaitu dengan terlebih dahulu mengabdi dan mengikuti serta menjalankan apa yang telah diperintahkan sebelum meminta kepadaNya, Etika untuk selalu mengawali setiap perbuatan yang baik dengan terlebih dahulu menyebut asmaNya dan kandungan-kandunngan yang lain. Bukankah ketiga hal pokok (Akidah, Ubudiyah&Amaliyah, Wujdaniyah/tasawuf) dalam ajaran islam telah tersemat didalamnya?

Sab’ul Matsani merupakan sebutan lain dari Al fatihah yang telah kita kutip bersama dalam hadits diatas. Penamaan dengan sab’ul Matsani merupakan sebuah pengakuan dari Alloh atas keutamaan dan keistimewaan serta faidah yang agung dalam Al Fatihah. Mengapa? Karena tidak mungkin umat Muhammad diperintahkan untuk mengulang-ulang surat ini minimal 17 kali dalam setiap hari (bagi Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah. Sedangkan bagi ahnaf mungkin tidak sebanyak 17 kali karena Al fatihah menurut mereka tidak wajib dalam sholat) bila tidak memiliki keistimewaan yang luar biasa.

Lathoif Tafsir

1.      Alloh SWT. Memerintahkan kepada kita untuk membaca ta’awudz setiap kali membaca Al Qur’an (An nahl:98).

Imam Ja’far Shodiq berkata: Disunahkan (muakkad) bagi kita sebelum membaca Al Qur’an untuk membaca ta’awudz, sedangkan ibadah-ibadah yang lain selain dari membaca Al Qur’an tidak. Apa hikmah dibalik itu semua? Hikmahnya adalah agar lisan manusia yang akan membaca Al Qur’an dibersihkan dari kotoran-kotoran ma’nawi, karena bisa saja orang yang akan membaca Al Qu’an baru saja berbuat ghibah, namimah atau bohong yang menurut kaca mata tasawuf menyebabkan lisan menjadi penuh dengan najis. Pantaskah bagi orang yang lisannya penuh dengan najis membaca kalam Alloh yang suci? Makanya lisannya harus disucikan dulu yaitu  dengan membaca ta’awudz.

2.      Petunjuk untuk mengawali setiap perbuatan yang baik dengan menyebut asma Alloh.

3.      Penyebutan asma Alloh dengan sebutan “Alloh” bukan dengan “Al ilah” padahal kalau dilihat dari ilmu nahwu kedua-duanya merupakan lafadz yang makrifat.
Untuk sebutan yang pertama adalah nama yang husus diperuntukan bagi dzat yang disucikan dan tidak ada siapapun yang daapt menyekutuinya, makna dari lafadz Alloh adalah dzat yang hak untuk disembah. Sedangkan lafadz yang kedua dapat digunakan untuk menunjukan sesembahan yang selainNya. Lafadz Al Ilah terbentuk dari fi’il madi “Alaha” yang bermakna yang disembah, baik disembah dengan hak atau dengan bathil. Berhala-berhala kaum kafir Mekah mereka namakan “Alihah” bentuk jamak dari “Ilah”. Mengapa? Karena sesembahan mereka disembah atas dasar kebathilan, makanya tidak ada yang menyebutnya dengan nama Alloh. Dan tidak ada seorangpun dari kaum kafir menamakan berhala dengan nama Alloh. 

4.      Terdapat beberapa faidah ketika kita ucapkan basmalah. Diantaranya adalah: bertabaruk dengan menyebut asma Alloh, mengagungkan Alloh, mengusir syaithan, pengakuan terhadap nikmatNya, pengakuan terhadap ketuhananNya dll.

5.      Alif dan lam dalam lafadz alhamdu mempunyai makna istighroq al jinsi yaitu syumul terhadap semua puji. Menurut Syekh nawawy Al Bantany bahwa Hamdu itu ada empat, yaitu hamdu Al Qodim ‘ala Al Qodim yaitu pemujian Alloh terhadap dzatnya sendiri, hamdu al qodim ‘ala al makhluk, yaitu pujian Alloh terhadap makhluknya, hamdu al khadits ‘ala al qodim yaitu pujian makhluk atas kholiknya dan hamdu al hadits ‘ala al khadits, yaitu pujian antar sesama makhluk. Itu semua hakikatnya milik Alloh SWT.

6.      Penyebutan lafadz Ar Rohman dan Ar Rohim sesudah lafadz Rob Al ‘Alamin adalah dengan tujuan menghilangkan persangkaan makhluk terhadap kholiknya akan sifat dictator dan tidak sayang yang tersirat dalam lafadz Rob. Karena lafadz Rob menyiratkan makna sombong, berkuasa dan seenaknya sendiri. 

7.      Lafadz iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’inu disebutkan dalam redaksi jamak, tidak dengan menggunakan redaksi mutakallim (iyyaka a’budu) dengan maksud agar orang yang mengucapkannya mengakui bahwa dirinya jauh dari kesempurnaan dan tidak pantas untuk mengetuk pintuNya sendirian, ia perlu bergabung dengan hamba-hambanya yang terpilih dan kinasih agar dapat mengetok pintuNya.

Hukum Syara’ yang terdapat dalam surat Al Fatihah

1.      Apakah Basmalah termasuk Al Qur’an?

Ulama bersepakat bahwasanya basmalah merupakan bagian dalam surat An Naml ayat 30 yang berbunyi “inahu min sulaimana wainnahu bismillahirrohmani rohimi”. Akan tetapi kaitannya dengan basmalah apakah termasuk awal dari surat Al fatihah dan surat-surat yang lain para ulama berbeda pendapat. Baiklah kita akan kutip pendapat-pendapat dari madzhab fikih yang ada:
# Basmalah merupakan ayat pertama dari surat Al fatihah dan surat-surat yang lain, ini merupakan qoul dari madzhab Syafi’i.
# Pendapat kedua mengatakan bahwa basmalah bukan termasuk salah satu ayat dalam Al Fatihah dan bukan pula bagian dari surat-surat yang lain. Ini adalah pendapat dari madzhab Maliki.
# Basmalah merupakan salah satu ayat yang sempurna dalam Al Qur’an dan diturunkan dengan fungsi untuk memisahkan diantara surat-surat yang terdapat dalam Al Qur’an. Dan basmalah tidak termasuk salah satu ayat dalam surat Al Fatihah. Ini pendapat dari madzhab hanafi.

Dalil-dalil yang digunakan para imam madzhab

Madzhab Syafi’i
1.      Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Diceritakan dari nabi SAW. Bahwasanya beliau bersabda: “Jika kalian kaum muslimin membaca Alhamdulillahi robbil alamin (Al Fatihah) maka sertakanlah bacaan bismillah. Fatihah merupakan ummul qur’an, sab’ul matsani dan Basmallah termasuk salah satu ayatnya:.
2.      Hadits sahabat Ibnu Abbas. Seseungguhnya rosul mengawali sholatnya dengan bacaan basmallah.
3.      Hadits dari Anas RA. Beliau sahabat Anas di Tanya tentang bacaan rosululloh, beliau berkata: “Bacaan rosul panjang… kemudian membaca bismillahirrohmani rohim,alhamdu lillahi robbil ‘alamin sampai selesai.
4.      Hadits dari sahabat Anas RA. Diceritakan bahwasanya Anas berkata: “ Suatu hari Disaaat Rosul SAW. Bersama dengan kita, beliau tidak sadarkan diri sebentar, kemudian mendongakkan kepalanya sembari tersenyum. Kita para sahabat menanyakan hal yang baru saja terjadi pada diri beliau. “Apa yang membuat anda tersenyum Ya Rosulalloh?” beliau berkata: “Baru saja turun sebuah surat, beliau membacanya bismillahirrohmanirrohim inna a’thoinaka al kautsar (AL kautsar:1,2,3).



 bersambung.......








Tidak ada komentar:

Posting Komentar